Jumat 04 Dec 2020 03:20 WIB

Operasi Saraf Terjepit Wanita Ini Ditanggung Penuh JKN - KIS

Seluruh biaya perawatan mulai rawat jalan sampai operasi ditanggung BPJS Kesehatan

 Kuswati (47 tahun) warga Jalan Pacar Kembang Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya, didiagnosa memiliki tulang bengkok dan menyebabkannya menderita penyakit HNP. Ia pun disarankan untuk melakukan operasi untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut..
Foto: BPJS Kesehatan
Kuswati (47 tahun) warga Jalan Pacar Kembang Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya, didiagnosa memiliki tulang bengkok dan menyebabkannya menderita penyakit HNP. Ia pun disarankan untuk melakukan operasi untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut..

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --  Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang sangat umum diderita oleh banyak orang. Penyakit ini terjadi ketika bantalan ruas tulang belakang bergeser dan menekan saraf tulang belakang. HNP juga dikenal dengan istilah ‘saraf terjepit’. HNP bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah memiliki berat badan berlebih. Hal inilah yang dialami oleh Kuswati (47 tahun) warga Jalan Pacar Kembang Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

Kuswati menjelaskan, dirinya didiagnosa memiliki tulang bengkok dan menyebabkannya menderita penyakit HNP. Ia pun disarankan untuk melakukan operasi untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut. Pada bulan oktober tahun 2018 operasi dilakukan, Kuswati bahkan harus rawat inap selama delapan hari di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.

Baca Juga

“Sejak dari Puskesmas Pacar Keling, saya dirujuk ke Rumah Sakit Husada Utama terlebih dahulu. Lalu kemudian di rujuk kembali ke rumah sakit dr.Soetomo untuk persiapan operasi. Seluruh biaya perawatan mulai dari rawat jalan sampai dengan operasi seluruhnya ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” tutur Kuswati dalam siaran persnya.

Kuswati adalah peserta program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN – KIS) dari segmen peserta mandiri perorangan kelas 3 bersama suami dan dua orang anaknya. Ia mengaku selama menggunakan fasilitas dari program JKN – KIS untuk rawat jalan baik sebelum maupun sesudah operasi, dirinya tidak pernah merasa kesulitan.

“Saya hanya menunjukkan KIS pada saat pendaftaran rawat jalan untuk memeriksakan penyakit saya, baik saat di faskes pertama atau di rumah sakit, sangat mudah. Semuanya juga gratis, saya tidak pernah dipungut biaya sepeserpun,” ungkap Kuswati.

Kuswati mengaku pernah berobat tanpa menggunakan fasilitas JKN – KIS untuk penyakitnya itu. Saat itu ia belum percaya bahwa pasien yang menggunakan KIS akan dilayani sama baiknya dengan pasien umum lainnya.

“Waktu itu saya coba berobat ke salah satu klinik disekitar rumah tinggal saya, lumayan mahal. Setiap kali periksa dikenai biaya dua ratus empat puluh ribu rupiah, itu belum resep dokter yang harus saya tebus ke apotik setiap satu kali periksa, jadi hampir lima ratus ribuan. Bayangkan sampai sembuh berapa biaya yang harus saya habiskan,” ujar Kuswati.

Berbekal pengalaman baik tersebutlah, ia sangat antusias ketika mengetahui BPJS Kesehatan akan mengadakan sosialisasi didaerah tempat tinggalnya. Hal itu menjadi kesempatan untuk lebih mengenal program JKN – KIS yang telah menolong dirinya.

“Saya sangat bersyukur dan ingin mengucapkan terimakasih kepada pemerintah atas kehadiran program mulia ini. Terutama setelah mendapatkan tambahan pengetahuan dari sosialisasi kali ini. Saya pun siap menyampaikan informasi berharga ini kepada sahabat dan kenalan saya,” pungkas Kuswati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement