Sabtu 28 Nov 2020 00:45 WIB

Harus Ada Pemahaman Sekolah tak Lagi Sama dengan Dulu

Sekolah di era Covid-19 sangat berbeda dengan masa saat pandemi belum melanda.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pelajar mencuci tangannya sebelum masuk ke sekolah dengan pengawasan dari petugas kepolisian dan Satpol-PP di SMPN 1 Kota Padangpanjang, Sumatera Barat, Kamis (13/8/2020). Pemkot Padangpanjang yang daerahnya termasuk zona kuning membuka sekolah tatap muka pertama untuk jenjang SMP dengan tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19 dan pelaksanaan secara bergantian yaitu sehari di sekolah dan sehari belajar di rumah.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Sejumlah pelajar mencuci tangannya sebelum masuk ke sekolah dengan pengawasan dari petugas kepolisian dan Satpol-PP di SMPN 1 Kota Padangpanjang, Sumatera Barat, Kamis (13/8/2020). Pemkot Padangpanjang yang daerahnya termasuk zona kuning membuka sekolah tatap muka pertama untuk jenjang SMP dengan tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19 dan pelaksanaan secara bergantian yaitu sehari di sekolah dan sehari belajar di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Epidemiolog Universitas Andalas Defriman Djafri mengingatkan jelang pembukaan sekolah tatap muka langsung berdasarkan SKB 4 Menteri supaya pemerintah dapat memberikan pemahaman yang sama kepada siswa, orang tua dan komite sekolah. Pemahaman yang dimaksudkan Defriman yakni penerapan sekolah tidak akan sama lagi dengan kondisi saat sebelum pandemi Covid-19 belum ada.

"Kita harus memberikan penjelasan dan pemahaman kepada orang tua murid, kepada peserta didik mengenai pembukaan sekolah dengan kondisi pandemi. Jangan beranggapan ini akan sama dengan sebelumnya atau menganggap pandemi berakhir," kata Defriman kepada Republika, Jumat (27/11).

Baca Juga

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unand itu menyebut seluruh sekolah harus menyiapkan segala fasilitas penunjang protokol kesehatan. Dan yang paling perlu dikontrol menurut Defriman adalah peserta didik yang masih kategori anak-anak.

Karena edukasi protokol kesehatan kepada anak-anak harus lebih intens dan dengan cara khusus. Anak-anak lebih sulit untuk diberikan pemahaman dan kesadaran menjaga kesehatan.

Defriman mencatat ada kebiasaan dan psikologis anak yang harus perlu diperhatikan dalam SOP protokol kesehatan. Yakni kebiasaan bersalaman, saling bertukar peralatan sekolah termasuk masker dan faceshield dan situasi tak terduga saat jam istirahat.

"Saat mereka jajan dan bermain sesama sebaya, itu akakn sangat rentan. Perlu ada kebijakan agar setiap anak-anak membawa bekal saja dari rumah," ujar Defriman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement