Senin 02 Nov 2020 07:23 WIB

BNPB Imbau Masyarakat Antisipasi Bahaya Hidrometerologi

Waspadai hujan kilat, pohon roboh, banjir, longsor akibat fenomena La Nina.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Suasana awan mendung di langit Jakarta, Rabu (21/10/2020). BMKG menyatakan saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang bisa menimbulkan kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, BMKG pun menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hatI terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari fenomena alam itu.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Suasana awan mendung di langit Jakarta, Rabu (21/10/2020). BMKG menyatakan saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang bisa menimbulkan kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, BMKG pun menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hatI terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari fenomena alam itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat waspada terhadap ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat berujung bencana. Memasuki musim hujan, fenomena La Nina dapat berdampak buruk pada curah hujan yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.

Menyikapi potensi bahaya hidrometeorologi, Kepala BNPB Doni Monardo mengimbau masyarakat untuk waspada dan siap siaga. Ia mengingatkan warga yang rumahnya berada di kemiringan lebih dari 30 persen atau rawan longsor untuk lebih berhati-hati. Salah satu pemicu yang patut diwaspadai apabila terjadi curah hujan lebat dengan durasi lama.

Baca Juga

“Ikuti terus info BMKG,” ujar Doni seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (2/11).

Ia juga meminta warga untuk mengantisipasi pohon yang mudah tumbang atau patah batangnya sehingga jangan berada di bawah pohon. “Serta waspadai tiang listrik yang korsleting dan roboh tertimpa pohon,” ujarnya.

Di saat hujan lebat yang disertai angin kencang, warga harus waspada apabila memilih tempat untuk berlindung. Hindari pohon atau pun papan baliho yang setiap saat dapat berpotensi roboh.

Pada awal September 2020 lalu, BNPB telah meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi, kabupaten dan kota untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi, salah satunya dengan melakukan koordinasi multipihak di setiap wilayah administrasi.

Di samping itu, dia melanjutkan, setiap keluarga dapat meningkatkan upaya peringatan dini dengan memantau informasi cuaca dari BMKG yang dapat diakses dengan berbagai pendekatan seperti aplikasi Info BMKG maupun website dan media sosial dari instansi pemerintah. Warga dapat memantu prakiraan cuaca harian hingga ke tingkat kecamatan melalui aplikasi Info BMKG sehingga dapat mempersiapkan atau mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi.

Warga masyarakat dapat juga memberikan informasi terkait dengan kondisi terkini sehingga membantu otoritas setempat untuk penanganan darurat maupun kewaspadaan warga lainnya. Melalui PetaBencana.id, warga dapat mengirimkan konten informasi melalui media sosial setelah terverifikasi.

Sementara itu, data BNPB dari awal Januari hingga 31 Oktober 2020, bencana hidrometeorologi masih mendominasi kejadian bencana di Tanah Air. Hingga akhir Oktober 2020, total bencana alam berjumlah 2.401 kejadian.

Jenis kejadian bencana alam tertinggi yakni banjir dengan 865 kejadian, sedangkan kejadian lainnya puting beliung 690, tanah longsor 447, kebakaran hutan dan lahan 321 gelombang pasang atau abrasi 29, kekeringan 29, gempa bumi 5 dan letusan gunung api 5. Dari sejumlah kejadian tersebut, jumlah korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi mencapai 319 jiwa meninggal dunia, dengan rincian banjir 205 jiwa, tanah longsor 101 dan puting beliung 13, sedangkan 25 jiwa dinyatakan hilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement