REPUBLIKA.CO.ID, WAYAMLI -- Tekanan darah tinggi atau dikenal sebagai hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh orang Indonesia. Namun, tanpa pemeriksaan tekanan darah, hipertensi menjadi penyakit yang kerap tidak disadari, karena banyak orang tidak memiliki gejala khusus. Hal itu menjadi alasan mengapa hipertensi disebut dengan silent killer. Padahal, kondisi ini dalam jangka panjang dan tidak terkontrol bisa menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan komplikasi kesehatan yang parah seperti penyakit jantung, strok, bahkan kematian.
Suwarni (58 tahun) peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional- Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) sudah lebih dari setahun menderita hipertensi. Warga desa Wayamli Kecamatan Maba Tengah, Kabupaten Halmahera Timur ini menyampaikan sekitar bulan Mei 2019, ia merasakan sakit kepala yang sangat berat, lemas dan penglihatan kabur.
Ia hendak memeriksakan ke dokter tetapi khawatir akan biaya berobatnya karena ia merupakan janda dan tidak memiliki biaya untuk berobat. Beruntung Suwarni yang sehari-hari bekerja di ladang ini sudah terdaftar sebagai peserta JKN KIS. Dengan berbekal kartu KIS, dirinya memberanikan diri untuk periksa ke Rumah Sakit.
“Saat sampai di RSUD Maba, petugas poli RS langsung membawa saya ke IGD karena melihat kondisi saya yang waktu itu mulai mengalami penurunan kesadaran. Syukur Alhamdulillah petugas IGD menangani saya dengan cepat dan baik sehingga tidak berakibat fatal,” tutur Suwarni.
Suwarni menambahkan, setelah dirawat selama lima hari dan kondisinya mulai stabil, ia diperbolehkan pulang. Saat ini ia masih rutin kontrol ke Puskesmas Wayamli dan minum obat penurun tekanan darah setiap harinya. Makanan dan aktivitas yang dilakukannya sehari-hari pun mulai ia kontrol agar hipertensinya tetap dapat terkontrol. Dirinya mengaku sempat khawatir akan biaya berobatnya, tetapi kekhwatirannya pun lekas sirna karena biaya berobat di rumah sakit hingga kontrol rutinnya dijamin oleh JKN KIS.
Ia sangat bersyukur dan menyampaikan terima kasih karena mendapat bantuan dari pemerintah. Dirinya tidak tahu biaya dari mana jika ia tidak menjadi peserta JKN KIS.
“Saya berharap program JKN KIS yang sangat baik ini akan terus berlanjut untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan prinsip gotong royongnya. Sekali lagi terima kasih JKN KIS,” tutup Suwarni.