REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah dokumen penting milik warga kelurahan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel), hilang dan hancur ketika kawasan itu diterjang longsor dan banjir pada Sabtu (10/10) lalu. Kini, mereka berharap pemerintah daerah mempermudah proses pengurusannya.
Harry (32 tahun), yang rumahnya tertimpa material longsor, mengaku, tak sempat menyelamatkan berkas-berkas penting saat longsor terjadi. Ia fokus menyelamatkan diri dan keluarganya. "Saya enggak sempat mikirin berkas," kata Harry, Selasa (13/10).
Ketika banjir mereda, ia hanya berhasil menemukan tiga lembar dokumen, yakni dua sertifikat dan satu ijazah SMP. "Ketiganya ini ditemukan petugas SDA (Dinas Sumber Daya Air)," kata Harry sembari menjinjing tiga dokumen yang dalam kondisi basah kendati sudah dilaminating itu.
Harry kehilangan dokumen seperti ijazah SD dan SMK. Beruntung, surat nikah, BPKB kendaraan, dan KTP, milik Harry selamat karena sebagian berada di dompet dan di tempat lainnya.
Ia pun kini berharap agar pemerintah daerah mempermudah proses pengurusan berkasnya yang hilang maupun rusak. "Secepatnya lah pengurusan berkas-berkas ini karena buat kebutuhan pekerjaan, kan," ujar dia.
Harry bukan satu-satunya warga yang kehilangan dokumen. Sebab bencana itu berdampak terhadap 1.200 orang.
Sebelumnya, longsor menimpa lima rumah warga di Jalan Damai RT 04/RW 02, Kelurahan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Sabtu (10/10) pukul 19.10 WIB. Setelah longsor, banjir juga menggenangi 300 rumah warga di RT tersebut dengan ketinggian 35 - 150 sentimeter.
Per Senin malam, sebanyak 53 warga masih mengungsi. Terdapat pula satu warga yang meninggal dunia dan dua warga mengalami luka-luka. Bencana itu bermula dari hujan deras yang mengguyur Jakarta Selatan sejak Sabtu sore. Anak Kali Setu, yang lebarnya hanya sekitar tiga meter, meluap. Permukiman warga tergenang setinggi mata kaki.
Berbeda dengan banjir sebelumnya, banjir Sabtu lalu itu disertai longsor. Longsor berasal dari tebing pembatas perumahan Melati Residence. Terdapat sejumlah rumah yang berdiri di atas tebing setinggi 12 meter dari bibir sungai itu.
Material longsor dari tebing yang sudah dilapisi tembok beton itu menimpa lima rumah petak warga di sisi kanan sungai. Rumah petak itu posisinya hampir sama tinggi dengan bibir sungai. Material longsor turut menutup badan sungai sehingga membuat kali semakin meluap dan memperparah banjir.