REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pandemi Covid-19 dinilai cukup menggganggu kestabilan perekonomian keluarga Indonesia. Hal ini mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya.
Tidak sedikit masyarakat di perkotaan yang ingin bercocok tanam namun terhambat oleh keterbatasan lahan. Masalah-masalah tersebut juga dialami oleh masyarakat di Kelurahan Palupi, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Berangkat dari masalah-masalah tersebut, mahasiswa KKN-Tematik (KKN-T) IPB University mencoba membantu memberikan solusi berupa program pekarangan pangan lestari dengan sistem vertikultur. Mereka melaksanakan KKN selama 40 hari, pada Juli hingga Agustus 2020.
Menurut Fikri Tadorante, ketua KKN-T IPB Kota Palu, vertikultur merupakan sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas untuk bercocok tanam. “Dengan memanfaatkan botol-botol bekas dan pekarangan yang tersedia, masyarakat Kelurahan Palupi mampu bercocok tanam untuk meningkatkan ketersediaan pangan ruma tangga sekaligus membantu mengurangi pengeluaran untuk konsumsi,” kata Fikri melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/9).
Ia menjelaskan, pengenalan vertikultur dilakukan kepada masyarakat di RT 02/RW 04 dan RT 04/RW 07 Kelurahan Palupi, Kota Palu yang dimulai pada Selasa 14 Juli 2020. Pengenalan vertikultur sekaligus demonstrasi penanaman dilakukan dengan turun lapang secara langsung secara door to door ke rumah warga. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir berkumpulnya warga di masa pandemi Covid-19.
Tanaman yang dipilih untuk ditanam menggunakan sistem vertikultur yaitu kangkung, bayam, sawi, seledri dan selada. Selanjutnya dilakukan pembagian bibit tanaman kepada warga di Kelurahan Palupi untuk menjaga keberlanjutan kegiatan ini. “Masyarakat yan ingin bertanya terkait masalah pada tanaman dapat ditanyakan secara online melalui grup whatsapp yang telah dibuat,” ujarnya.
Fikri menjelaskan, tanaman sayuran yang dipilih untuk kegiatan vertikultur merupakan sayuran yang digemari oleh sebagian besar masyarakat setempat. Selain itu tanaman yang dipilih juga tanaman yang tidak terlalu sulit saat ditanam dan memiliki jangka waktu panen yang singkat sehingga dalam jangka waktu ± 30 hari masyarakat sudah dapat memanennya.
Kegiatan pengenalan vertikultur ini disambut sangat baik oleh masyarakat RT04/RW07 dan jua RT 02/RW 04 Kelurahan Palupi, hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat untuk bertanya berbagai hal menyangkut vertikultur ini saat demonstasi penanaman.
“Program ini sangat membantu warga terutama ibu-ibu karena mendekatkan pasar kerumah. Program ini juga dapat meningkatkan kreatifitas warga dengan mendaur ulang sampah botol menjadi pot-pot yang dapat ditanam sayuran yang punya nilai gizi, ekonomi juga estetika. Saya berharap dengan adanya program ini semua warga semakin terdorong untuk bercocok tanam dipekarangan,” ujar Ibu Kuncoro, salah satu ibu PKK RT 04/ RW 07.