REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, mengklaim keterisian tempat tidur masih berada di angka 60 persen. Meski terjadi peningkatan kasus positif Covid-19, namun RSD Wisma Atlet menegaskan masih bisa menerima dan menangani pasien baru.
Komandan Lapangan RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran, dokter Letkol Muhammad Arifin mengatakan, dua tower yang dioperasikan RSD Wisma Atlet masih bisa menangani pasien. "Yang dioperasikan adalah tower 6 dan 7. Satu tower bisa menampung rata-rata 1.700 pasien dan keterisian pasien masing-masing tower sekitar 900 pasien atau baru sekitar 50 hingga 60 persen," katanya saat dihubungi Republika.co.id Senin (7/9).
Artinya, ia melanjutkan, total pasien yang dirawat di RSD Wisma Atlet saat ini sekitar 1.600 pasien. Ia menambahkan, kriteria pasien yang masuk dan dirawat di RS Darurat Wisma Atlet adalah yang mengalami gejala ringan sampai sedang seperti sesak napas seperti pneumonia ringan dan memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti hipertensi atau diabetes mellitus tetapi tidak membutuhkan ventilator.
Lebih lanjut, ia menhklaim total dokter yang bertugas di RS Darurat juga mencukupi yaitu lebih dari 200 orang yang terdiri dari bagian spesialis paru, penyakit dalam, spesialis radiologi, jantung, anak, kejiwaan, dokter obgyn, hingga dokter umum. "Alhamdulilah meski pasien Covid-19 bertambah, kami masih bisa menangani pasien-pasien ini. Apalagi kami sudah terlatih sejak awal berdiri dan mengalami jungkir balik," katanya.
Bahkan, pihaknya juga menyiapkan tower 4 dan 5 sebagai flat tempat isolasi mandiri pasien Covid-19 yang asimtomatis atau tidak bergejala. Rencananya, dia melanjutkan, tower 5 akan dibuka pekan ini dan kesiapannya telah mencapai 80 persen. Pihaknya berharap dioperasikannya tower tambahan ini membuat pasien yang mampu ditampung RSD bertambah.
Lebih lanjut pihaknya berharap masyarakat bisa menjadi garda terdepan melawan Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker wajah, mencuci tangan, hingga menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Sebab, dia melanjutkan, penularan Covid-19 cenderung mengarah ke klaster keluarga.
"Mereka dapat imported case dari kampung halaman dan ketika kembali ke kota maka berpotensi menularkan ke tetangganya. Jadi masyarakat harus berhati-hati dan waspada," katanya.
Ia meminta masyarakat bersama-sama menghadapi dan melawan virus ini.