REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti mendukung pemerintah mengakselerasi kemandirian energi dan riset untuk mengatasi pandemi Covid-19. Menurutnya, dua hal ini menjadi kunci agar Indonesia segera terbebas dari dampak pandemi yang telah melanda hampir di seluruh dunia.
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini menilai dua langkah ini sudah dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan baik. Di sektor energi, ia mengapresiasi rencana strategis Integrated Operation Center (IOC) 4.0 yang memungkinkan pengawasan secara real time operasi hulu migas. Selain itu, kebijakan One Door Service Policy (ODSP) juga dinilai menjadi langkah bagus memutus dan menyederhanakan birokrasi migas.
“Sebelumnya dibutuhkan 14 hari untuk menyelesaikan administrasi dan perizinan, namun dengan penerapan OSDP kini bisa dilakukan hanya dalam waktu 3 hari,” tutur Roro Esti kepada Republika.co.id, Senin (7/9).
Wakil rakyat daerah pemilihan Gresik dan Lamongan ini menambahkan, berdasarkan nota keuangan Presiden Jokowi, pemerintah telah menetapkan target lifting minyak sebesar 705 ribu barel per hari dan lifting gas sebanyak 1,7 juta setara barel per hari. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga permintaan energi. Sebab, adanya akses bagi pengguna energi dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
Hal ini didasari asumsi pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan sektor energi. Yakni, setiap kegiatan yang dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan permintaan dan konsumsi energi. “Tahun 2045, Indonesia diproyeksikan masuk dalam jajaran peringkat 5 PDB di dunia dengan nominal PDB sebesar 9.100 miliar dolar AS, PDB per kapita 30 ribu dolar AS per tahun, dengan jumlah penduduk mencapai 300 juta jiwa,” ujarnya.
Di sisi lain, kemandirian riset juga dibutuhkan untuk memercepat mengatasi dampak pandemi. Terutama riset dan inovasi di bidang kesehatan untuk mendukung penanganan Covid-19. Roro Esti mengaku, Komisi VII DPR terus mendorong pemerintah untuk mengembangkan produk dan inovasi dalam negeri agar Indonesia tidak tergantung pada impor, terutama alat kesehatan dan vaksin Covid-19.
Langkah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN) yang menunjuk Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai koordinator percepatan pengembangan produk dalam negeri perlu didukung. Tujuannya, hasil riset dalam negeri mampu mengatasi pandemi tanpa harus bergantung dari produk buatan luar negeri. Salah satunya, hilirisasi dan komersialisasi alat tes cepat (rapid test) RDT RI-GHA-Covid-19.
Saat ini RDT RI-GHA diproduksi PT Hepatika Mataram dengan kapasitas 100 ribu kit per tiga bulan. Untuk meningkatkan kapasitas produksi, alumni Imperial College London ini menyatakan, telah terjalin kerja sama antara PT Hepatika Mataram dengan PT Prodia Diagnostic Line. Produk hasil inovasi konsorsium TFRIC-19 yang diproduksi di dalam negeri ini memiliki harga yang lebih ekonomis dari produk luar negeri.
“Produk inovasi konsorsium lain yang dalam proses komersialisasi adalah ventilator darurat dan laboratorium Mobile BSL2,” tegas Roro.