REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon, Kota Tomohon, Sulawesi Utara Farid R Bina meminta warga menjauhi radius bahaya 1,5 kilometer dari kawah.
"Statusnya (Gunung Lokon) waspada dengan rekomendasi tidak ada kegiatan 1,5 kilometer dari pusat kegiatan atau kawah," kata Farid di Tomohon, Jumat (21/8).
Menurut dia, aktivitas vulkanik salah satu gunung api aktif di Sulut selain Gunung Soputan (Minahasa Tenggara) dan Gunung Karangetang (Kabupaten Kepulauan Sitaro), berfluktuasi.
Pada sepekan terakhir ini, frekuensi kegempaan kadang-kadang dua kali, lima kali, atau bahkan tujuh kali. Namun, beberapa waktu lalu kegempaannya sekitar 50 kali, bahkan hingga tujuh puluh kali lebih. "Setelah itu turun lagi (frekuensi gempa vulkanik," ujarnya.
Meski begitu, kata dia, manakala terjadi peningkatan frekuensi kegempaan seperti pada beberapa waktu lalu mengindikasikan terjadi penumpukan energi yang belum bisa diperkirakan kapan dilepaskan.
"Kami terus melakukan pemantauan, apabila frekuensi kegempaan meningkat secepatnya kami berkoordinasi dengan pemerintah daerah," katanya.
Saat ini, menurut dia, yang perlu diwaspadai adalah terjadinya letusan freatik sewaktu-waktu.
"Karena itulah kami senantiasa mengingatkan warga untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 1,5 kilometer dari kawah," katanya.
Belakangan ini, kawah maupun puncak Gunung Lokon menjadi salah satu lokasi alternatif masyarakat menghabiskan waktu luang, bahkan di tengah pandemi COVID-19.
Hampir setiap hari area sekitar kawah ramai, akses menuju kawasan gunung tersebut tergolong mudah karena tak membutuhkan waktu lama untuk bisa menjangkaunya.