Jumat 21 Aug 2020 22:05 WIB

Muncul KAMI Tandingan, Kritisi Deklarasi KAMI Proklamasi 

Kemunculan KAMI tandingan menyampaikan kritik terhadap KAMI Proklamasi

Aksi KAMI di Jakarta, pada Jumat (21/8). KAMI mengkritik deklarasi KAMI Proklamasi yang dinilai tendensius.
Foto: Dok Istimewa
Aksi KAMI di Jakarta, pada Jumat (21/8). KAMI mengkritik deklarasi KAMI Proklamasi yang dinilai tendensius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Sekelompok anak muda yang menamakan diri Koalisi Aksi Milenial Indonesia (KAMI) mengkritisi deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi Jakarta, beberapa hari yang lalu. 

“Kami melakukan aksi penolakan pada saat deklarasi sebagai bentuk kritikan kepada deklarator KAMI,” kata Mohammad Daud L, juru bicara Koalisi Aksi Milenial Indonesia (KAMI), Jumat (21/8).

Baca Juga

Meski demikian, Daud mengatakan pihaknya menghargai deklarasi KAMI sebagai hak politik warga negara yang dijamin oleh undang-undang. Begitu juga dengan aksi penolakan yang juga merupakan bagian hak politik KAMI sebagai warga negara. 

“Oleh karena itu, tidak ada hak bagi para pendukung deklarasi KAMI untuk melarang kami mengekspresikan aspirasi kami,” ujarnya

Seperti hak politik pendukung deklarasi dalam mengkritik pemerintah, kata Daud, pihaknya  juga punya hak untuk mengkritik cara-cara yang mereka anggap tidak benar. 

Menurut dia, deklarasi KAMI telah melanggar protokol kesehatan penanganan Covid-19 yang ditetapkan pemerintah. 

Di Tugu Proklamasi, kata dia, sudah dipasang pengumuman dari Gubernur Anies Baswedan tentang larangan melakukan kegiatan yang membuat kerumunan. “Kegiatan deklarasi KAMI tersebut sengat jelas melanggar aturan Gubernur,” katanya.  

Daud mempertanyakan kemampuan para deklarator KAMI menegakkan aturan apabila cara-cara yang mereka lakukan juga melanggar aturan. “Mengapa Gubernur DKI Jakarta diam saja? “ 

Dawud menilai pernyataan yang menyebutkan aksi KAMI sebagai gerakan moral adalah penipuan dan penyesatan. Menurut dia, deklarasi KAMI nyata-nyata gerakan politik yang dibungkus dengan nama gerakan moral. “Landasan moral macam apa yang dilakukan dengan cara tipu-tipu,” ujarnya.  

Dia menyebutkan, deklarasi KAMI dilakukan orang-orang yang tidak sabar dengan proses politik pergantian pemerintahan secara konstitusional.

Jika mereka mau bersabar, kata dia, pada 2024 adalah momen yang tepat untuk mereka tampil menyampaikan gagasan politiknya yang lebih baik dari pemerintah sekarang. 

Dengan begitu, menurut dia, rakyat bisa tertarik untuk memilihnya. Jika mereka tidak sabar hingga  2024, kata dia, ada dua kemungkinan alasan mengapa mereka tidak mengambil jalan konstitusional itu.  

Pertama, Daud menjelaskan, mereka sadar jualan gagasan mereka tidak laku karena berdasar sentimen SARA, bukan inovasi sebagai solusi masalah yang ada. 

Kedua, mereka tidak percaya diri karena sadar rata-rata sudah uzur. Sehingga, bakal tergusur oleh tokoh-tokoh muda yang lebih segar dan cerdas.  

“Daripada gerakan KAMI membuat kegaduhan di mana-mana, lebih baik seluruh komponen bangsa bergotong-royong mencari jalan keluar agar pandemi Covid-19 ini cepat berlalu,” ujar dia.   

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement