Sabtu 15 Aug 2020 06:07 WIB

Klaster Baru Covid-19, Sekolah Dinilai Belum Siap Dibuka

Tak ada gambaran pasti para guru, siswa, dan pegawai sekolah yang sehat dan sakit.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Karta Raharja Ucu
Pekerja memasang batas pelindung di meja siswa Sekolah Insan Sejahtera, Kampung Toga, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). Menyambut nol kasus COVID-19 di Kabupaten Sumedang, sejumlah sekolah mempersiapkan fasilitas yang mendukung protokol kesehatan untuk kembali menggelar pembelajaran tatap muka. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Foto: RAISAN AL FARISI/ANTARA FOTO
Pekerja memasang batas pelindung di meja siswa Sekolah Insan Sejahtera, Kampung Toga, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). Menyambut nol kasus COVID-19 di Kabupaten Sumedang, sejumlah sekolah mempersiapkan fasilitas yang mendukung protokol kesehatan untuk kembali menggelar pembelajaran tatap muka. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembukaan sekolah tatap muka memunculkan sejumlah klaster baru penularan Covid-19. Anggota Komisi IX (Kesehatan) DPR RI menilai hal ini menunjukkan bahwa pembukaan sekolah dengan tatap muka belum siap.

"Kita belum siap secara umum membuka sekolah. Karena memang banyak zona kuning, zona merah saya kira belum steril betul untuk proses belajar mengajar," ujar Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay saat dihubungi, Kamis (13/8).

Saleh pun meminta kepada Kementerian Pendidikan untuk meneliti lagi rencana membuka sekolah-sekolah tersebut. Menurut dia, tidak ada gambaran pasti para guru, siswa, pegawai-pegawai sekolah yang sehat atau tidak sehat.

"Karena faktanya ada yang OTG orang tanpa gejala," ujar Plt Ketua Fraksi PAN DPR RI itu.

Ia berharap pemerintah mencari formulasi belajar di masa pandemi ini. Bukan hanya soal pembelajaran jarak jauh, namun pemerintah harus menemukan formula agar semua orang bisa akses baik di desa dan kota.

Jika pemerintah tetap mau melakukan tatap muka, Saleh menyarankan adanya pembagian kelas. Misalnya, kelas pagi dan sore maupun pembagian hari. Dengan demikian, social distancing dapat diberlakukan.

"Kemudian semuanya pakai masker semua protokol kesehatan diikuti ada hand sanitizer ada air yang mengalir untuk cuci tangan," tambah Saleh.

Saleh menambahkan, model lainnya, guru-guru busa datang ke desa-desa atau suatu kelurahan tertentu. Kemudian dikumpulkan 10 orang-10 orang. Misalnya di taruh di tempat warga.

"Menurut saya dicarikan formulasi itu contoh kebujakan yang bisa diambil untuk saat ini," ujar Saleh menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement