Rabu 05 Aug 2020 14:42 WIB

Transportasi Daring Lebih Diandalkan Dibandingkan Feeder

Penggunaan ojek daring dinilai lebih mudah dan terjangkau serta lebih nyaman.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Pengemudi ojek daring menurunkan penumpang di kawasan stasiun Palmerah pada hari pertama diperbolehkannya ojek daring mengangkut penumpang, Jakarta, Senin (8/6). Survei menunjukkan transportasi daring jauh lebih diandalkan masyarakat daripada angkutan feeder konvensional.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengemudi ojek daring menurunkan penumpang di kawasan stasiun Palmerah pada hari pertama diperbolehkannya ojek daring mengangkut penumpang, Jakarta, Senin (8/6). Survei menunjukkan transportasi daring jauh lebih diandalkan masyarakat daripada angkutan feeder konvensional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) melakukan penelitian untuk mengetahui peranan transportasi daring atau online dalam penggunaan transportasi umum. Dari hasil riset tersebut menunjukkan transportasi daring jauh lebih diandalkan masyarakat daripada angkutan feeder konvensional.

Peneliti SBM ITB Yos Sunitiyoso mengatakan untuk menentukan perjalanan dari tempat asal menuju tempat transit transportasi umum berbagai macam mulai dari jalan kaki, mikrotrans, dan kendaraan pribadi. "Tapi yang cukup besar adalah pengguna transportasi daring," kata Yos dalam diskusi virtual, Rabu (5/8).

Baca Juga

Yos mengatakan pilihan masyarakat untuk menggunakan transportasi daring mulai dari ojek atau taksi daring. Dia mengatakan dari pilihan tersebut, mayoritas responden memilih ojek daring dengan layanan dari Grab dan Gojek sebagai feeder menuju transportasi umum seperti stasiun dan halte bus.

"Sebanyak 48 persen dari responden menggunakan layanan daring sebagai bagian multimoda mereka. Lalu 39 persen adalah sebelumnya menggunakan motor atau mobil pribadi ada peralihan juga dari kendaraan pribadi ke kendaraan daring dalam menuju hub transportasi umum," jelas Yos.

Yos menuturkan 96 persen responden lebih sering menggunakan ojek daring dibandingkan taksi daring. Dari angka tersebut, sebanyak 61 persen menggunakan layanan ojek daring dari Grab dan 35 persen dari Gojek sebagai bagian perjalanan multimoda mereka.

"Ini (lebih memilih menggunakan transportasi daring menuju stasiun dan halte) sebagai kemudahan akses menuju dari dan ke stasiun dan keterjangkaun harga serta kenyaman melalui kemacetan," tutur Yos.

Dari hasil riset dengan 5.064 komuter di Jabodetabek tersebut sejak Desember 2019 hingga awal Maret 2020, Yos merekomendasikan pembuat kebijakan transportasi massal dan daring terkait penggunaan atau berbagi informasi antara kedua penyelenggara untuk mendorong penumpangnya menggunakan transportasi massal. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan informasi terkait halte atau stasiun terdekat dan operasional transportasi umum.

Selain itu juga terkait integrasi pembayaran transportasi antarmoda perlu dilakukan. Selain itu, Yos mengatakan perlunya kebijakan infrastruktur yang sesuai seperti jalur khusus moda tidak bermotor di jalan umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement