Jumat 17 Jul 2020 10:55 WIB

Empat Sekolah Tertimbun Lumpur Banjir Luwu Utara

SD Inkor Masamba yang hampir seluruh bangunan tertutupi lumpur.

Warga korban banjir bandang melihat rumahnya yang rusak tertimbun lumpur di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/7/2020). Banjir bandang yang terjadi akibat tingginya curah hujan yang membuat sungai Salukula dan Meli meluap tersebut mengakibatkan 19 orang meninggal dunia dan puluhan warga dilaporkan masih dalam pencarian, sementara  ratusan rumah rusak berat dan hilang tertimbun material lumpur.
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Warga korban banjir bandang melihat rumahnya yang rusak tertimbun lumpur di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/7/2020). Banjir bandang yang terjadi akibat tingginya curah hujan yang membuat sungai Salukula dan Meli meluap tersebut mengakibatkan 19 orang meninggal dunia dan puluhan warga dilaporkan masih dalam pencarian, sementara ratusan rumah rusak berat dan hilang tertimbun material lumpur.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR--Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan merilis ada empat sekolah tertimbun lumpur dan digenangi air. Hal ini sebagai dampak paling parah terhadap banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah tersebut pada Senin (13/7).

                               

Baca Juga

Empat sekolah tersebut terdiri dari tiga unit sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama di dua kecamatan. Pada Kecamatan Masamba yakni SD Inkor Masamba dan SMP 1 Masamba, sedangkan untuk Kecamatan Sabbang yakni SD 20 Pongo dan SD 19 Sabbang.

Kepala Dinas Pendidikan Luwu Utara Jasrun menyebutkan dua sekolah terdampak timbunan lumpur yakni SD Inkor Masamba dan SD 20 Pongo. Sementara SMP 1 Masamba dan SD 19 Sabbang tergenang air.

                               

"SMP 1 Masamba ini posisinya ada di depan bandara dan baru kali ini sekolah itu terdampak banjir dan masih digenangi air sampai sekarang. Kalau SD 19 Sabbang itu malah banjir masuk dan ada juga lumpur. Depannya sekolah masih seperti sungai," ujar Jasrun, Kamis (16/7).

Ia berujar bahwa sekolah dengan dampak paling parah yakni SD Inkor Masamba yang hampir seluruh bangunan tertutupi lumpur. Sehingga, yang tersisa hanya atap sekolah muncul di permukaan.

                               

Sekolah ini terdiri dari enam rumbel dengan total tenaga didik sekitar 70 orang. Karena jumlah yang tidak begitu besar, maka Disdik berencana akan menggabungkan siswa SD Inkor Masamba dengan SD Bone yang lokasinya tidak begitu jauh.

"Rencana begitu, dan ini akan kita bicarakan dengan orang tua murid karena dalam waktu ini sekolah sudah tidak bisa dipakai. Kita sudah meminta alat berat untuk segera mengeruk lumpur. Totalitas harus dimaksimalkan karena lokasinya di tengah-tengah pemukiman," paparnya.

                               

Selain itu, ada juga SD 20 Pongo yang kondisinya tertimbun lumpur hingga ketinggian setengah meter. "Kita belum bisa menentukan langkah penanganan, terpenting sekarang mudah-mudahan alat berat bisa masuk mengerok karena ada tertimbun sampai 2 meter sebelum lumpur itu semakin mengeras," ujarnya.

                               

Selain empat sekolah, sebelumnya ada juga SMP Kalitata Kecamatan Malangke Barat yang digenangi air, tetapi sekolah ini hampir setiap tahun tergenang air saat hujan turun. "Bisa dibilang sekolah ini selalu menjadi langganan dimasuki air setiap kejadian banjir," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement