REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Rektor tak bertoga memimpin wisuda. Ah, rasanya tidak mungkin. Tapi, ini terjadi di Magelang, Jawa Tengah pada Senin (6/7). Sang rektor hanya menggunakan gordon atau medali pimpinan perguruan tinggi. Terbuat dari kuningan berbentuk pipih. Namun, tidak dilengkapi dengan atribut acara wisuda lulusan perguruan tinggi.
Umumnya wisudawan menggunakan baju toga. Terbuat dari kain saten atau beludru untuk membalut tubuh wisudawan. Panjangnya sampai batas atas lutut. Baju wisuda dilengkapi sleber atau kerah wisuda. Menutupi dada serta bagian bahu. Dihiasi samir, semacam dasi melingkar dan memanjang. Fungsinya untuk menggantungkan gordon atau medali wisuda. Terakhir, topi wisuda berbentuk segi lima.
Baik wisudawan maupun pelantik, seperti rektor, dekan, direktur atau kepala sekolah, wajib menggunakan atribut tersebut. Namun, hal itu tidak terlihat saat wisuda di lingkungan militer. Sang rektor Angkatan Darat (AD), Doktor Andika Perkasa dengan tiga magister dan sarjana ekonomi di belakang namanya, hanya menggunakan gordon rektor. Tidak menggunakan atribut toga dan kelengkapannya.
Jenderal bintang empat itu justru menggunakan pakaian dinas upacara (PDU) IV. Baju lengan pendek lengkap dengan sabuk yang melingkari bagian perut serta pet (topi upacara) hijau.
”Saya telah mewisuda 254 Taruna Akademi Militer Tingkat IV,” kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa, selaku 'rektor' AD pada wisuda sarjana pertahanan di Kesatrian Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Senin.
Sang rektor memiliki lima gelar akademik. Empat gelar diraihnya di Amerika Serikat (AS), yakni PhD (doktor), dan tiga master, yakni M.A, M.Sc, M.Phil. Serta sarjana ekonomi dari dalam negeri. Dalam catatan riwayat hidupnya, Andika menamatkan kuliah di Amerika The Military College of Vermont Norwich University (Northfield, Vermont), National War College National Defense University (Washington DC), Harvard University (Massachusetts), dan The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration,The George Washington University (Washington DC).
Sang rektor didampingi Ketua Politeknik sekaligus Gubernur Akmil Mayjen Dudung Abdurachman, dan Komandan Jenderal (Danjen) Akademi TNI Letnan Jenderal (Marinir) Bambang Suswantono. Ketiga jenderal itu melantik sarjana perang dari lima program studi, yakni Manajemen Pertahanan, Administrasi Pertahanan, Teknil Sipil Pertahanan, Teknik Elektro Pertahanan, dan Teknik Mesin Pertahanan. Semuanya dengan gelar Sarjana Terapan Pertahanan atau S.Tr. Han.
Sarjana militer yang diwisuda juga tidak menggunakan atribut toga. Melainkan pakaian dinas upacara (PDU) taruna, warna biru putih dengan pet putih dan sepatu putih bersih. Lengkap dengan sejumlah brevet kecakapan sebagai personel militer.
Acara ini intinya pelantikan menjadi sarjana perang atau pertahanan. Belum pelantikan sebagai perwira remaja dengan pangkat Letnan Dua (Letda). Pelantikan sebagai perwira remaja akan dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara virtual, pekan depan. Lulusan Akmil dilantik bersama lulusan dari Akademi Angkatan Laut (AAL), Akademi Angkatan Udara (AAU), dan Akademi Kepolisian (Akpol).
Andika memang konsentrasi untuk pendidikan bagi personel AD. Antara lain memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi abituren Akmil dan Sekolah Perwira Prajurit Karier (Sepa PK). Agar mereka bisa melanjutkan sekolah hingga Sekolah Staf dan Komando AD (Seskoad). Satu tahun dua gelombang pendidikan atau kursus reguler. Sehingga punya kesempatan menjadi Kolonel.
Begitu pula bagi prajurit berlatar Sekolah Calon Bintara (Secaba) PK, diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bisa melanjutkan pendidikan Sekolah Calon Perwira (Secapa). Tentu saja bagi bintara-bintara terpilih berpangkat Sersan Kepala (Serka) dan Sersan Mayor (Serma). Termasuk bagi bintara tinggi berpangkat Pembantu Letnan Dua (Pelda) dan Pembantu Letnan Satu (Peltu) untuk menjadi perwira andal.
Apalagi ada rencana masa pensiun tamtama dan bintara TNI diperpanjang dari usia 53 tahun menjadi 58 tahun seperti personel Polri. Sehingga Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI akan mengalami perubahan masa pensiun.
Terminologi keliru
Tahun ini, taruna dan taruni Akmil berjumlah 254 orang. Terdiri dari 234 taruna dan 20 taruni. Setelah upacara tupdik (penutupan pendidikan), dilanjutkan acara wisuda sarjana dan sumpah prajurit. Upacara berlangsung di Lapangan Pancasila Akmil.
Lulusan Akmil tahun ini terbagi dalam 10 korps atau kecabangan di TNI AD. Infanteri sebanyak 116 taruna, Zeni 25 taruna dua taruni, Kavaleri 24 taruna, Artileri Medan (Armed) 19 taruna, Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) 20 taruna; Penerbang AD (Penerbad) 13 taruna tiga taruni, Polisi Militer lima taruna lima taruni, Pembekalan Angkutan (Bekang) tujuh taruna enam taruni, Perhubungan tiga taruna dua taruni, serta Peralatan dua taruna dua taruni.
Program studi Manajemen Pertahanan, umumnya diambil taruna korps Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, dan Penerbad. Program studi Adminisrasi Pertahanan, umumnya diambil oleh taruna dari bantuan administrasi, seperti Bekang dan Polisi Militer. Program studi Teknik Sipil Pertahanan umumnya bagi taruna korps Zeni. Program studi Teknik Elektro Pertahanan umumnya bagi taruna korps Perhubungan. Sedangkan Teknik Mesin Peralatan bagi taruna korps Peralatan.
AD tertinggal dalam penggunaan istilah. Masih gunakan terminologi lama yang keliru. Istilah korps Perhubungan menjadi rancu dengan transportasi (angkutan). Seharusnya menggunakan istilah korps Elektro atau Komunikasi Elektro (Komlek). Begitu juga dengan istilah korps Peralatan. Padahal yang dimaksud bukan alat melainkan mesin, seperti mesin kendaraan militer dan senjata. Semestinya menggunakan istilah korps Mesin.
Sementara TNI AL dan TNI AU sudah lebih dahulu mengubah terminologi yang keliru. Mereka sudah menggunakan istilah Elektro atau Komlek dan Mesin. Begitu juga dengan istilah korps Bekang, lebih tepat menggunakan istilah Suplai artinya pasokan. Pasukan yang memberikan pasokan logistik militer. TNI AL sudah menggunakan istilah korps Suplai.
Begitu pula ejaan korps. AD masih menggunakan ejaan lama, yakni corps. Padahal ejaan itu sudah tidak berlaku sejak adanya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tahun 1972. EYD pun sudah digantikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) sejak 2015. Hal yang sama untuk istilah komandan korps bantuan tempur (banpur). Rancu karena beberapa masih menggunakan terminologi kepala pusat bukan komandan pusat.
Lalu, sampai kapan TNI AD tetap mempertahankan istilah yang keliru?
Berbeda
Ada yang berbeda dalam upacara penutupan pendidikan tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Seluruh peserta upacara dan para taruna dan taruni menggunakan masker. Peraih lulusan terbaik atau Adhi Makayasa disematkan kepada Angga Andika Yudha dari korps Infanteri, yang mengambil program studi Manajemen Pertahanan. Sedangkan, peraih Anindya Wiratama adalah Heny Puspitasari dari korps Bekang, program studi Administrasi Pertahanan.
Penganugerahan Adhi Makayasa dan Anindya Wiratama juga berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Rektor Andika Perkasa tidak mengalungkan gordon langsung tanda Adhi Makayasa dan Anindya Wiratama. Gordon dikalungkan sendiri oleh para peraih penghargaan. Kemudian, piagam juga diambil sendiri. Ini dilakukan demi mematuhi protokol kesehatan saat pandemi Covid-19.
Nantinya, setelah dilantik menjadi perwira remaja oleh Presiden Jokowi, mereka akan melanjutkan kegiatan penataran intelijen dan penataran pelatih. Setelah itu barulah para Letda ini menduduki jabatan komandan peleton (danton) dan setingkatnya. Baik di satuan tempur (Infanteri), dan satuan bantuan tempur (banpur) Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni, dan Penerbad. Maupun satuan bantuan administrasi (banmin) Bekang dan polisi Militer.
Mereka akan ditempatkan di jajaran TNI AD di seluruh penjuru Tanah Air. ”Saya utamakan mereka akan ditempatkan di satuan-satuan yang masih kekurangan personel,” ujar KSAD Andika Perkasa.
Asisten Personel (Aspers) KSAD Mayjen Heri Wiranto, menambahkan, ke depan Akmil fokus untuk melahirkan perwira dari enam kecabangan saja, yakni Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni, dan Penerbad. Ditambah dengan Polisi Militer. Untuk korps Elektro (Perhubungan), Mesin (Peralatan), dan Suplai (Bekang) nantinya tidak setiap tahun menghasilkan lulusan dari Akmil. Melainkan sekitar tiga sampai lima tahun sekali. Jadi bisa diisi dari sumber Sepa PK, seperti korps Ajudan Jenderal, Topografi, Keuangan, Kesehatan, dan Hukum.
"Untuk mengisi personel Nubika Zeni juga akan dicari tambahan dari sarjana nuklir, biologi, fisika, dan kimia melalui sumber Sepa PK. "
Gubernur Akmil Mayjen Dudung Abdurachman berharap, para perwira remaja tersebut terus belajar dan berlatih, kendati telah meninggalkan akademi “Mereka perlu mengembangkan kemampuannya masing-masing menjadi perwira yang profesional dan pemimpin TNI AD yang kelak dapat diandalkan dan siap ditempatkan,” ujar Dudung, abituren Akmil 1988 B.
Rangkaian kegiatan upacara itu, dimeriahkan playpass dan display GSCL (genderang suling caka lokananta) disertai peragaan defile taruna dan taruni tingkat IV. Disaksikan oleh KSAD beserta undangan lainnya.
Usai upacara penutupan pendidikan, para sarjana militer itu diberikan kesempatan bertemu keluarganya yang menunggu di sekitar lapangan upacara. Rasa bahagia dan haru tumpah ruah di lapangan upacara. Jenderal Andika Perkasa, Letjen (Marinir) Bambang Suswantono, dan Mayjen Dudung Abdurachman juga menemui para orang tua sarjana baru tersebut. Sekaligus menghibur para sarjana pertahanan yang keluarganya tidak hadir.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Pangkostrad Letjen Harto Karyawan (anaknya turut diwisuda), Dankodiklatad Letjen Anto Mukti Putranto, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen Bakti Agus Fadjari, Aspers KSAD Mayjen Heri Wiranto, para komandan korps kecabangan, dan pejabat teras TNI AD. Termasuk Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana Nyonya Hetty Andika Perkasa, serta 1.142 taruna dan taruni tingkat I, II, III, dan IV. “Selamat mengabdi para sarjana pertahanan yang baru diwisuda," tutup Andika.