Sabtu 09 May 2020 12:44 WIB

Pendapatan Petani Bambu di Lebak Merosot

Pembelian dari penampung bambu petani berkurang karena sepinya permintaan.

Pedagang menata bambu yang akan dijual di pinggiran sungai, Mamuju, Sulawesi Barat, beberapa tahun lalu. Sementara itu, sejumlah pendapatan petani bambu di Kabupaten Lebak, Banten, merosot 70 persen terdampak wabah virus corona baru atau Covid-19, yang membuat permintaan pasar menurun drastis.
Foto: Antara/Akbar Tado
Pedagang menata bambu yang akan dijual di pinggiran sungai, Mamuju, Sulawesi Barat, beberapa tahun lalu. Sementara itu, sejumlah pendapatan petani bambu di Kabupaten Lebak, Banten, merosot 70 persen terdampak wabah virus corona baru atau Covid-19, yang membuat permintaan pasar menurun drastis.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah pendapatan petani bambu di Kabupaten Lebak, Banten, merosot 70 persen terdampak wabah virus corona baru atau Covid-19, yang membuat permintaan pasar menurun drastis.

"Kami biasanya produksi 1.000 batang bambu setara dengan pendapatan Rp 3 juta per bulan. Tapi kini hanya Rp 900 ribu/bulan," kata Sarmed (50 tahun) seorang petani bambu di Cimarga Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (9/5).

Baca Juga

Sebagian besar produksi bambu dari Kabupaten Lebak dipasok ke wilayah Tangerang, Jakarta, dan Bekasi. Namun kini daerah tersebut masuk zona merah penyebaran Covid-19. Pembelian dari penampung bambu petani berkurang karena sepinya permintaan. Mereka menjual bambu ke penampung sebanyak 300 batang dengan harga Rp 3.000 per batang, sehingga bisa menghasilkan Rp 900 ribu per bulan.

Kebanyakan bambu yang ditampung itu jenis bambu mayan, ulung, apus, serat, betung, dan tutul. Bambu-bambu tersebut sangat cocok untuk pembangunan rumah hingga kerajinan rumah tangga.

Perkebunan bambu di wilayahnya cukup banyak dan populasinya, menurut Sarmed, juga terus berkembang di sekitar bantaran aliran sungai dan setiap rumpon menghasilkan produksi 100 batang per bulan. Selama ini, perkebunan bambu menjadikan andalan ekonomi petani di sana.

"Jika kita memiliki 20 rumpon maka menghasilkan produksi 2.000 batang dan jika dijual Rp 3.000 per batang sehingga bisa menghasilkan Rp 6 juta per bulan," kata Sarmed.

Begitu juga petani bambu lainnya di Sajira Kabupaten Lebak, Sabar (55 tahun) mengaku pendapatan penghasilan bambu sejak dua bulan terakhir menurun drastis setelah merebaknya pandemi Covid-19. "Kami biasanya terbantu ekonomi dari penjualan bambu hingga menghasilkan Rp 6 juta dari 30 rumpon, namun kini merosot hingga Rp 1,5 juta/bulan," kata Sabar.

Sementara itu H Sarip (65 tahun) seorang bandar bambu warga Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku biasanya sehari bisa memasok bambu 10 truk per minggu ke wilayah Tangerang dan Jakarta. Namun, sejak merebaknya pandemi hanya dua truk per minggu. "Kami terpaksa mengurangi pembelian bambu dari petani karena permintaanya merosot drastis," kata Sarip.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement