Kamis 23 Apr 2020 14:10 WIB

Arief Budiman Kakak Soe Hok Gie Wafat

Bersama Soe Hok Gie, Arief Budiman juga merupakan aktivis demokrasi angkatan 66.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Pita hitam tanda berduka
Pita hitam tanda berduka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kakak aktivis Soe Hok Gie, Arief Budiman, wafat pada Kamis (23/4). Kabar duka meninggalnya pria bernama lahir Soe Hok Djin ini salah satunya  disampaikan oleh Akademisi dan Sosiolog sekaligus rekan Soe Hok Djin, Ariel Heryanto, melalui akun media sosialnya. 

"Selamat jalan, kawan lama dan rekan sejawat, Arief Budiman, Terima kasih atas apa yang telah engkau sumbangkan ke Indonesia," kata Ariel dalam unggahannya pada Kamis (23/4) siang. 

Baca Juga

Arief Budiman alias Soe Hok Djin lahir pada 3 Januari 1939 dengan nama Soe Hok Djin. Ayahnya seorang wartawan yang bernama Soe Lie Piet. Arief pernah memperdalam ilmu di bidang pendidikan di College d'Europe, Brugge, Belgia pada 1964. 

Sejak masa mahasiswa, Arief sudah aktif dalam kancah politik Indonesia. Bersama adiknya, ia merupakan aktivis demokrasi angkatan 66. Ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.

Kendati demikian, Arief bersikap kritis terhadap politik pemerintahan di bawah Soeharto. Misalnya pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.

Arief pun pernah ditahan karena terlibat dalam demonstrasi menentang pendirian Taman Miniatur Indonesia Indah pada 1972. Arief menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1968. 

Ia kemudian melanjutkan kuliah di Paris pada tahun 1972, dan meraih gelar doktor dalam bidang sosiologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat pada tahun 1980. Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) Salatiga sejak 1985-1995. 

Di universitas tersebut, Arief pernah melakukan aktivitas mogok mengajar, dipecat, dan akhirnya hengkang ke Australia untuk menjadi profesor di Universitas Melbourne. Arief juga pernah aktif di luar dunia pendidikan. 

Ia pernah menjadi redaktur majalah Horison pada 1966-1972. Pada tahun 1972-1922, ia menjadi anggota Dewan Penasehat di tabloid yang dama.

Arief juga pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta pada 1968-1971, serta pada 1968-1971, menjadi anggota Badan Sensor Film. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement