Senin 13 Apr 2020 14:17 WIB

Puncak Pandemi Covid-19 Indonesia Diprediksi Saat Ramadhan

Pemerintah menambah alat tes untuk menghadapi puncak pandemi Covid-19.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Petugas medis menunjukkan imbauan untuk masyarakat terkait virus corona seusai melaksanakan SWAB Test di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Minggu (8/4/2020). Tes dengan sistem tersebut dilakukan guna mempersempit penyebaran COVID-19 di wilayah Depok dan sekitarnya
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Petugas medis menunjukkan imbauan untuk masyarakat terkait virus corona seusai melaksanakan SWAB Test di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Minggu (8/4/2020). Tes dengan sistem tersebut dilakukan guna mempersempit penyebaran COVID-19 di wilayah Depok dan sekitarnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi puncak pandemi Covid-19 di Indonesia berlangsung pada lima hingga enam pekan mendatang atau sekitar pertengahan hingga akhir Ramadhan 1441 H. Artinya, pada masa-masa tersebut jumlah penderita Covid-19 diperkirakan akan mencapai angka tertinggi sejak kasus konfirmasi positif pertama kali diumumkan pada awal Maret lalu.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menjelaskan, untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah melalui Kementerian BUMN telah menambah ketersediaan alat tes Covid-19 dengan metode PCR. Kementerian BUMN telah mendatangkan 18 unit alat PCR. Alat ini diharapkan bisa meningkatkan kapasitas pemeriksaan menjadi 9.000 tes per hari.

Baca Juga

"Ketersediaan reagen perlu kita upayakan maksimal karena masa puncak di Indonesia diprediksi akan terjadi 5-6 minggu yang akan datang," kata Doni selepas mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (13/4).  

Hingga saat ini, jumlah laboratorium di Indonesia yang memiliki kemampuan melakukan tes PCR sebanyak 29 unit. Angka itu akan ditambah menjadi 52 unit dalam waktu dekat. Kementerian Riset dan Teknologi juga telah menggandeng Lembaga Biologi Molekular Eijkman untuk menambah kapasitas tes per harinya.

"Kemudian juga beberapa swasta yang nantinya akan berpartisipasi dalam PCR test yang bekerja sama juga dengan Kementerian Kesehatan, kemudian juga dengan BUMN," kata Doni.

Selain pemeriksaan dengan metode PCR yang akurat, pemerintah juga sedang memasifkan pelaksanaan tes cepat atau rapid test. Kendati tidak seakurat tes PCR, rapid test dianggap dapat memetakan penyebaran Covid-19 di daerah.

"Upaya ini sangat penting untuk bisa mengetahui masyarakat yang telah positif setelah dilakukan pemeriksaan sehingga bisa dilakukan langkah-langkah untuk isolasi mandiri, termasuk juga untuk dirujuk ke rumah sakit tertentu," kata Doni.

Sebelumnya, dalam rapat terbatas, Presiden Jokowi meminta jajarannya untuk memperluas dan meningkatkan kapasitas tes PCR. Perluasan kemampuan tes PCR itu diharapkan dapat mengurangi beban laboratorium di zona merah sebagai pusat penyebaran Covid-19.

"Tes PCR sampai hari ini juga sudah menjangkau 26.500 tes. Ini juga lompatan yang baik, tapi saya ingin setiap hari paling tidak kita bisa mengetes lebih dari 10 ribu," ujar Jokowi.

Adanya tambahan 18 unit alat tes PCR ditargetkan mampu meningkatkan kemampuan tes Covid-19 di Indonesia. Bila satu unit alat tes PCR mampu melakukan 500 pemeriksaan per hari, 18 unit diharapkan mampu melakukan 9.000 tes per harinya.

"Ini sangat baik," kata Presiden Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement