Sabtu 11 Apr 2020 12:14 WIB

Pakar Vulkanologi Duga Dentuman Terkait Anak Krakatau

Pakar vulkanologi Surono duga dentuman pada Jumat malam terkait Gunung Anak Krakatau

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Christiyaningsih
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat. Pakar vulkanologi Surono duga dentuman pada Jumat malam terkait Gunung Anak Krakatau.
Foto: Kementerian ESDM
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat. Pakar vulkanologi Surono duga dentuman pada Jumat malam terkait Gunung Anak Krakatau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar vulkanologi Surono menduga dentuman yang terdengar di sejumlah daerah di Jakarta terkait Gunung Anak Krakatau (GAK). Ia menyebut, suara dentuman yang terdengar pada Sabtu (11/4) dini hari tersebut muncul berbarengan dengan erupsi Anak Krakatau.

Surono menjelaskan sebagai gunung api muda, anak krakatau kerap meletus atau erupsi. Erupsi tersebut terjadi agar gunung api muda menjadi tinggi dan besar.

Baca Juga

"Seperti anak-anak, harus dinamis. Gunung Anak Krakatau (GAK) mengikuti hukum atau kodrat alam, sering meletus seperti dahulu. Pernah satu tahun tidak berhenti guna membangun tubuhnya supaya tinggi dan besar," kata Surono saat dihubungi pada Sabtu (11/4).

Mantan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini mengakui dirinya tak memiliki sumber pasti dari dentuman yang terdengar. Namun, dentuman itu terjadi saat Anak Krakatau erupsi. Ia menduga dentuman itu terdengar karena rambatan suara yang tergantung pada tekanan udara.

"Malam hari yang sepi, semua mengisolasi diri, suara deru kendaraan lenyap terimbas corona. Maka tidak salah, dentuman GAK membahana, mengusir sepi. Itulah alam," ujar dia.

"Kenapa GAK meletus sekarang ribut, tidak seperti dulu yang selama satu tahun meletus tidak berhenti tidaK ribut? Karena sisa kekhawatiran tsunami kemarin," lanjut pria yang kerap disapa Mbah Rono ini.

Surono pun menceritakan dirinya pernah dipanggil Gubernur Banten Atut karena masyarakat khawatir dengan suara dentuman Gunung Anak Krakatau. Surono menjelaskan bahwa pada siang hari pun kerap terjadi dentuman namun tak terdengar karena bising kendaraan dan lain-lain.

"Saat ini, mobil-mobil tidur di garasi. Suara dentuman Gunung Anak Krakatau mengisir sepi. Tidak perlu takut," ujar dia.

Di sisi lain, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebut suara dentuman yang ramai dibahas di media sosial bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Menurut PVMBG, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung itu hanya mengeluarkan semburan ketinggian berkisar 500 meter.

"Saya sudah konfirmasi petugas pos pengamatan. Mereka tidak mendengar karena letusannya juga kecil," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/4).

Ia menyebut letusan yang terjadi pada Jumat (10/4) malam juga bukan merupakan letusan eksplosif dan hanya semburan. "Biasanya dalam jarak dua kilometer, kedengaran hanya suara desis saja," ujarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menyatakan suara dentuman yang beberapa kali didengar masyarakat bukan bersumber dari aktivitas gempa tektonik Gunung Anak Krakatau. Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB Jumat (10/4) dengan magnitudo 2,4, tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement