Jumat 13 Mar 2020 00:08 WIB

Dua Opsi untuk Penanganan Remaja Bunuh Bocah

Komnas PA akan mengeluarkan rekomendasi ke penyidik setelah asesmen ke NF.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Ratna Puspita
Arist Merdeka Sirait( Antara/Ujang Zaelani)
Foto: Antara/Ujang Zaelani
Arist Merdeka Sirait( Antara/Ujang Zaelani)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan, ada sejumlah opsi terkait penanganan tindak pidana terhadap tindakan remaja berinisial NF (15 tahun) yang mengaku membunuh bocah berusia lima tahun. Opsi itu mulai dari pendekatan diversi hingga terapi psikoanalisis klinis.

Arist menjelaskan, opsi dengan pendekatan diversi adalah penyelesaian tindak pidana di luar pengadilan. Arist menjelaskan, cara ini memerlukan persetujuan dari pihak keluarga korban dan penegak hukum. 

Baca Juga

Namun, jika tindak pidana itu diselesaikan secara diversi, Arist menyarankan agar NF menjalani terapi psikososial klinis. “Apakah di luar pengadilan (dikembalikan ke orang tua) atau negara. Kalau orang tua tidak kondusif untuk anak tidak sadistis lagi maka diambil alih negara untuk beri layanan psikososial klinis,” kata Arist di Mapolda Metro Jaya, Kamis (12/3).

Kendati demikian, Arist mengatakan, dua opsi tersebut masih harus menunggu hasil analisisnya terhadap NF. Arist akan bertemu NF untuk memastikan kondisinya dan melakukan asesmen.

“Setelah itu, kita akan memberikan rekomendasi, apa yang patut dilakukan penyidik,” ucapnya.

Saat ini NF diketahui sedang menjalani pemeriksaan kejiwaan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. NF sudah berada di rumah sakit tersebut sekitar empat hari.

Kepala Tim Dokter Kejiwaan RS Polri, Henny Riana, mengungkapkan, pihaknya memfasilitasi NF untuk menggambar selama menjalani pemeriksaan. Henny menyebut, langkah itu merupakan salah satu cara dari proses pemeriksaan kejiwaan NF.

“Kalau untuk media gambar, kami juga melakukan pemeriksaan dengan menggambar. Kami berikan pensil yang bagus agar gambarnya semakin bagus,” kata Henny.

Henny menjelaskan, metode pemeriksaan melalui gambar merupakan bagian dari proses penilaian ekspresi diri NF. Menurut dia, dengan menggambar, NF diharapkan mampu menunjukkan perasaan terdalam dari dirinya.

“Ini bagian dari evaluasi penilaian karena kan kalau dari ekspresi (wajah) kadang-kadang susah. Jadi, dengan menggambar, bisa melihat, oh ya dalam gambar itu begini,” kata dia.

Henny menambahkan, NF akan diminta menceritakan kembali mengenai gambar yang telah ia buat. Pasalnya, menurut dia, data psikologi NF dapat diketahui lebih jauh melalui gambar yang dibuat remaja itu. 

“Itu (gambarnya) nanti diceritakan kembali dan itu mendapat data-data psikologi dari gambar dan tulisan. Itu yang sudah saya lakukan,” ungkap dia.

Kendati demikian, saat ini Henny belum dapat menyimpulkan seperti apa kondisi kejiwaan NF. Pasalnya, NF masih harus menjalani prosedur pemeriksaan selama 14 hari.

“Kami mengumpulkan data-data dalam empat hari dan dengan seorang remaja itu butuh waktu. Kami tidak bisa bertanya sepanjang hari dan harus menjaga agar dia nyaman,” kata Henny.

Seperti diberitakan sebelumnya, aksi NF diketahui polisi setelah ia menyerahkan diri ke Polsek Metro Taman Sari, Jakarta Barat, pada Jumat (6/3) pagi. Aksi pembunuhan tersebut terjadi saat korban main di rumah NF di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3). Pelaku NF meminta korban untuk mengambil mainan yang berada di dalam bak kamar mandi. Sesaat ketika korban berada di dalam bak, NF langsung menenggelamkannya. 

Tak hanya menenggelamkannya, NF juga mencekik leher korban saat berada di dalam bak. Setelah bocah itu lemas, NF lantas membawa korban keluar dari dalam bak dan menyimpannya di dalam lemari, hingga akhirnya ia menyerahkan diri ke polisi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement