Jumat 28 Feb 2020 22:57 WIB

BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan Februari Hingga Maret

DKI Jakarta dan Nusa Tenggara akan alami puncak musim hujan pada Februari

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah warga melindungi badannya dari air hujan dikawasan Monas, Jakarta. DKI Jakarta dan Nusa Tenggara akan alami puncak musim hujan pada Februari
Foto: Thoudy Badai_Republika
Sejumlah warga melindungi badannya dari air hujan dikawasan Monas, Jakarta. DKI Jakarta dan Nusa Tenggara akan alami puncak musim hujan pada Februari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan Indonesia terjadi pada Februari hingga Maret 2020. Wilayah yang diperkirakan mengalami puncak musim hujan selama Februari 2020 yaitu di DKI Jakarta hingga Nusa Tenggara.

Kabid Prediksi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Miming Saepudin mengakui, saat ini hampir 100 persen seluruh wilayah Indonesia tengah mengalami musim penghujan."Kemudian puncak musim hujannya bervariasi, ada beberapa wilayah yang mengalami pada Februari 2020 misalnya DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara," ujarnya saat mengisi pemaparan rapat akhir bulan kesiapsiagaan bencana, di Jakarta Timur, Jumat (28/2) sore.

Baca Juga

Selain itu, pihaknya juga memprediksi daerah yang memasuki puncak musim hujan selama Maret 2020 misalnya Sumatra Selatan sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi bagian Selatan, Maluku. Pihaknya juga memprediksi curah hujan di beberapa wilayah Indonesia termasuk dalam kategori menengah hingga tinggi misalnya di Sumatra dengan intensitas 100 sampai 300 mm selama Maret 2020.

Kemudian daerah yang mengalami curah hujan menengah hingga tinggi juga ada di sebagian Jawa bagian barat, Jawa Tngah, hingga Jawa bagian timur, Sulawesi bagian tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

Selain prakiraan puncak musim hujan, pihaknya juga memantau Siklon tropis Ferdinand yang masih eksis di wilayah Samudra Hindia Selatan. Siklon ini diakuinya cukup mempengaruhi kondisi laut di Indonesia.

"Utamanya menyebabkan gelombang tinggi di Nusa Tenggara dan Bali. Meski sikon ini tidak masuk ke Indonesia, waspada saja dampaknya," katanya. Ia menambahkan, siklon ini juga berpotensi mengakibatkan angin kencang di selatan garis equator.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement