Selasa 04 Feb 2020 11:54 WIB

Bupati Natuna Klaim Warganya Kini Sudah Tenang

Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal hari ini bertemu dengan Menko Polhukam Mahfud MD.

Sejumlah warga Natuna melakukan aksi unjuk rasa di depan gerbang pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (1/2). (ilustrasi)
Foto: Antara/Cherman
Sejumlah warga Natuna melakukan aksi unjuk rasa di depan gerbang pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (1/2). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal menyebutkan, masyarakat Natuna, Kepulauan Riau sudah mulai tenang pascaevakuasi 238 WNI dari Wuhan, China ke Natuna karena wabah virus Corona. Sebelumnya, sempat beradar kabar ratusan warga Natuna meninggalkan tempat tinggal mereka selama masa karantina.

"Sekarang nampaknya sudah mulai mengerti tentang apa yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Jadi sudah mulai tenanglah," kata Abdul usai bertemu dengan Menko Polhukam Mahfud MD di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (4/2).

Baca Juga

Menurut dia, adanya penolakan dari warga Natuna karena lokasi karantina ratusan WNI dari Wuhan itu berdekatan dengan permukiman warga, kata dia, hal itu lantaran informasi yang disampaikan pemerintah terlambat.

"Seperti kata Pak Mahfud (Menko Polhukam) karena terlalu cepat evakuasinya, jadi ya mungkin informasinya (dari Pemerintah Pusat) agak sedikit terlambat," kata Abdul.

Menurut dia, merupakan hal yang wajar bila masyarakat cemas terhadap WNI yang dievakuasi ke Natuna karena virus Corona. "Ini mendadak, sehingga belum sempat kita sosialisasikan. Jadi, sedikit ada kecemasan dari masyarakat. Sekarang ini, tim kita di lapangan menyosialisasikan agar masyarakat tenang dan tidak terlalu was-was," tuturnya.

Terlebih, lanjut dia, pihaknya sudah mendapatkan penjelasan dari Menko Polhukam Mahfud MD, Menkes Terawan Agus Putranto dan Mendagri Tito Karnavian bahwa pemerintah akan menangani semua permasalahan yang ada di Natuna dengan masyarakat yang ada di Natuna.

"Jadi, tidak hanya menangani yang pulang, tapi masyarakat Natuna juga ditangani," kata Abdul.

Dalam kesempatan itu, Abdul mengatakan lokasi karantina dengan permukiman masyarakat berjarak sekitar 2 kilometer. Meski begitu, menilai jarak tersebut masih aman untuk warga Natuna.

"Lebih kurang (jaraknya) 2 kilometer lah. Jadi saya kira masih amanlah, " ujarnya.

Ia juga menegaskan tidak warga yang melakukan eksodus dari Natuna.

"Kalau masyarakat eksodus, Natuna bakal kosong," ujarnya.

Seperti dilaporkan Antara, Senin (3/2), ratusan masyarakat memilih meninggalkan Ranai, Natuna, Kepri sehari setelah Pemerintah Pusat mengevakuasi 238 WNI dari Wuhan, China ke daerah tersebut. Masyarakat khawatir ke 238 WNI tersebut membawa wabah virus Corona jenis baru ke Ibu Kota Natuna.

"Warga takut tertular virus mematikan tersebut," kata salah seorang warga Natuna, Herman saat dihubungi Antara, Senin malam.

Berdasarkan data PT Pelni wilayah kerja Ranai, sedikitnya 675 penumpang yang berangkat menggunakan Kapal KM Bukit Raya pada Senin pukul 03.00 WIB, rute Ranai-Midai. Rata-rata warga yang keluar dari Ranai memang adalah warga asli Kalimantan, Pulau Midai, Pulau Serasan, dan Pulau Subi.

Menurut Herman, masih ada warga lain yang meninggalkan Ranai dengan kapal-kapal lainnya seperti pompong nelayan atau sejenisnya. "Termasuk istri dan anak saya, mereka minta pulang ke Pulau Serasan, sebab takut dengan isu virus Corona," tutur Herman.

Warga lainnya, Musliha, mengaku sementara ini terpaksa meninggalkan Natuna dan kembali ke daerah kelahirannya, Pulau Midai. Ia merasa risau terjangkit virus Corona, meski pemerintah sudah menyatakan 238 WNI dari Wuhan, China itu pulang ke Tanah Air dalam kondisi sehat.

"Nanti pasti balik lagi ke Ranai kalau proses karantina WNI itu sudah selesai. Informasinya mereka dikarantina selama dua pekan di Natuna," ucapnya.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement