Selasa 04 Feb 2020 11:46 WIB

Usai Rapat dengan Mahfud, Bupati Natuna Bantah Eksodus Warga

Bupati Abdul Hamid Rizal menyebut warganya meninggalkan Natuna untuk pulang kampung.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Sejumlah warga Natuna melakukan aksi unjuk rasa di depan gerbang pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (1/2/). (ilustrasi)
Foto: Antara/Cherman
Sejumlah warga Natuna melakukan aksi unjuk rasa di depan gerbang pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (1/2/). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal, menyatakan, tidak ada eksodus warga Natuna keluar dari wilayahnya terkait karantina WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China. Ia mengatakan, sejumlah masyarakat yang tinggal di Natuna meninggalkan tempat tinggalnya hanya untuk pulang kampung.

"Eksodus enggak ada. Enggak ada jumlahnya. Karena gini, ada yang pulang kampung, ada juga yang misalnya ke Midai ada musim cengkeh ya dia ke sana," jelas Abdul usai mengikuti rapat perkembangan situasi Natuna di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat, Selasa (4/2).

Baca Juga

Menurut Abdul, mereka hanya bepergian ke daerah lain di luar tempat tinggalnya. Karena itu, ia menilai hal tersebut bukanlah eksodus. Ia juga menjelaskan, sekolah-sekolah yang ada di Natuna kini sudah berlangsung seperti semula dan tidak jadi diliburkan.

"Kemarin kan di sekitar itu ada PAUD, ada TK, anak-anak kan. Jadi wajar dong sementara itu kita liburkan dulu. Tapi sekarang ini karena sudah ada isolasi itu, maka kita kembalikan lagi (seperti semula)," katanya.

Abdul menerangkan, lokasi karantina warga negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari China dengan pemukiman warga berjarak kurang lebih dua kilometer. Ia menilai, jarak tersebut tidak akan membahayakan masyarakat sekitar karena penyebaran virus Corona terjadi hanya jika orang yang terpapar virus itu berdekatan dengan orang lain.

"Lebih kurang 2 kilometer lah. Sebenarnya itu kan kalau berdekatan (menularnya). Jadi kalau 2 kilometer saya kira masih aman lah," jelas dia.

photo
WNI dari China yang mendarat di Bandara Hang Nadim Batam untuk selanjutnya menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau

Terkait kecemasan yang dirasakan oleh masyarakatnya di Natuna, Abdul menjelaskan, itu karena keputusan yang diambil pemerintah pusat mendadak. Masyarakat Natuna belum mendapatkan sosialisasi yang cukup atas virus korona dan hanya mendapatkan informasi dari televisi saja.

"Mendadak itu belum sempat kita menyosialisasikan jadi sedikit ada kecemasan. Sekarang ini, tim kita juga di lapangan, dari Dinas Kesehatan sudah menyampaikan bagaimana soal penularan apa segala macam agar masyarakat bisa tenang. Jadi tidak terlalu was-was," ungkap dia.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, mengakui terdapat keterlambatan informasi penanganan WNI dari China terhadap masyarakat Natuna. Itu terjadi karena perkembangan situasi yang terlampau cepat.

"Bukan miskomunikasi ya, keterlambatan informasi, karena perkembangan berlangsung begitu cepat," ujar Mahfud usai rapat membahas perkembangan situasi Natuna di kantornya, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (4/2).

Mahfud menjelaskan, situasi berkembang begitu cepat ketika pemerintah China memberikan lampu hijau kepada Indonesia yang hendak memulangkan WNI yang ada di wilayah karantina mereka. Pemerintah Indonesia, kata dia, bekerja cepat dan memutuskan untuk menjadikan Natuna sebagai tempat karantina WNI tersebut.

"Mengambil tempat di Natuna yang dianggap tempat paling mudah, paling aman, dan dekat dengan instalasi militer untuk dilakukan sesuatu dengan cepat," katanya.

Menurut dia, perkembangan situasi yang cepat serta keterlambatan penyampaian informasi yang terjadi itu menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat lokal Natuna. Ia pun minta hal tersebut dimaklumi oleh masyarakat.

"Karena bisa diikuti dari semua media massa bahwa perkembangan hanya berlangsung dari menit ke menit, sehingga kita melakukan tindakan cepat," jelas dia.

photo
Petugas medis memeriksa kesehatan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China yang baru tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, dan akan diberangkatkan menuju Natuna dengan pesawat Hercules TNI di Kepulauan Riau, Ahad (2/2).

Seperti dilaporkan Antara, Senin (3/2), ratusan masyarakat memilih meninggalkan Ranai, Natuna, Kepri sehari setelah Pemerintah Pusat mengevakuasi 238 WNI dari Wuhan, China ke daerah tersebut. Masyarakat khawatir ke 238 WNI tersebut membawa wabah virus Corona jenis baru ke Ibu Kota Natuna.

"Warga takut tertular virus mematikan tersebut," kata salah seorang warga Natuna, Herman saat dihubungi Antara, Senin malam.

Berdasarkan data PT Pelni wilayah kerja Ranai, sedikitnya 675 penumpang yang berangkat menggunakan Kapal KM Bukit Raya pada Senin pukul 03.00 WIB, rute Ranai-Midai. Rata-rata warga yang keluar dari Ranai memang adalah warga asli Kalimantan, Pulau Midai, Pulau Serasan, dan Pulau Subi.

Menurut Herman, masih ada warga lain yang meninggalkan Ranai dengan kapal-kapal lainnya seperti pompong nelayan atau sejenisnya. "Termasuk istri dan anak saya, mereka minta pulang ke Pulau Serasan, sebab takut dengan isu virus Corona," tutur Herman.

Warga lainnya, Musliha, mengaku sementara ini terpaksa meninggalkan Natuna dan kembali ke daerah kelahirannya, Pulau Midai. Ia merasa risau terjangkit virus Corona, meski pemerintah sudah menyatakan 238 WNI dari Wuhan, China itu pulang ke Tanah Air dalam kondisi sehat.

"Nanti pasti balik lagi ke Ranai kalau proses karantina WNI itu sudah selesai. Informasinya mereka dikarantina selama dua pekan di Natuna," ucapnya.

photo
Hoaks dan Virus Corona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement