Selasa 07 Jan 2020 20:36 WIB

Modus dan Waktu Nelayan China Mencuri Ikan di Natuna

Kepala Bakamla menyebut kapal-kapal China hingga kini masih berada di Natuna.

Pergerakan Kapal Perang Republik (KRI) dengan kapal Coast Guard China terlihat melalui layar yang tersambung kamera intai dari Pesawat Boeing 737 Intai Strategis AI-7301 Skadron Udara 5 Wing 5 TNI AU Lanud Sultan Hasanudin Makassar di Laut Natuna, Sabtu (4/1/2020).
Foto: M RISYAL HIDAYATANTARA FOTO
Pergerakan Kapal Perang Republik (KRI) dengan kapal Coast Guard China terlihat melalui layar yang tersambung kamera intai dari Pesawat Boeing 737 Intai Strategis AI-7301 Skadron Udara 5 Wing 5 TNI AU Lanud Sultan Hasanudin Makassar di Laut Natuna, Sabtu (4/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Nelayan-nelayan China yang dikawan oleh coast guard-nya ternyata memiliki modus dan waktu tertentu dalam aktivitas mencuri ikan di perairan Natuna, Kepulauan Riau. Hal itu diungkap oleh Bupati Natuna Kepulauan Riau Hamid Rizal.

Menurut Hamid, kapal asing masuk ke wilayah Natuna saat pergantian penjagaan oleh petugas.  "Waktu pergantian dimanfaatkan nelayan asing untuk menjarah kekayaan laut kita," kata Hamid di Natuna, Selasa (7/1).

Baca Juga

Hamid mengatakan, selama ini aparat keamanan telah menjaga wilayah perbatasan secara bergantian. Hanya saja pihak asing memanfaatkan waktu pergantian petugas.

"Karena dari sini ke sana paling cepat 10 jam. Selama ini mereka menunggu di luar perbatasan. Begitu jeda ini masuk," ungkap dia.

Hamid juga menyatakan, nelayan asing biasanya memasuki wilayah Perairan Natuna, kala musim utara, seperti saat ini. Alasannya, pada musim utara, ombak besar sehingga nelayan Indonesia libur melaut.

"Marak kalau musim utara, karena nelayan kita banyak tidak melaut, ombak besar," kata Hamid.

Bagi nelayan Natuna yang hanya berperahu kecil, Musim Utara adalah momok, karena gelombangnya tinggi, sehingga mereka banyak yang urung melaut. Sebaliknya, bagi nelayan China yang menggunakan kapal-kapal besar, musim utara adalah waktu yang tepat memasuki Perairan Natuna.

"Mereka kapal besar, di situ dia masuk," ungkap Bupati.

Menurut dia, nelayan Natuna melaut hanya menggunakan kapal yang tidak begitu besar, hanya 3 sampai 4 gross ton (GT). Sedangkan kapal asing menggunakan kapal besar di atas 30 GT.

Karenanya, ia berharap kepada pemangku kedaulatan di laut seperti TNI AL, Bakamla dan Polair bisa melakukan pengawasan secara terus menerus di wilayah perbatasan Laut Natuna Utara. Pengawasan perbatasan harus dilakukan terus menerus, tanpa jeda, sehingga tidak ada celah bagi kapal asing masuk ke perairan Natuna.

"Jangan nelayan asing saja yang dikawal coast guard. Supaya kapal perang kita, coast guard, Bakamla senantiasa berada di perbatasan agar nelayan tidak ragu mencari nafkah mencari ikan di Laut Natuna Utara," tutur dia.

Menurut Hamid, nelayan Natuna mengeluhkan kehadiran kapal asing. Bahkan ada nelayan yang mengaku kerap diganggu kapal coast guard asing.

"Mereka mengusir nelayan kita agar kembali ke daratan," ujar dia.

Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI Laksamana Madya Achmad Taufieqoerrochman mengatakan, kapal nelayan maupun kapal coast guard China masih berada di Laut Natuna. Bahkan, menurut dia, ada perkuatan.

"Yang jelas tadi pagi sudah laporan Menlu (Menteri Luar Negeri) bahwa masih ada dua coast guard mereka di sekitar situ. Ada satu di luar, ada dua yang perkuatan di atas, di Nansha. Mungkin akan ada pergantian patroli mereka," ujar Taufieq di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (7/1).

"Kalau jumlah di situ tetap, tapi kelihatannya ada perkuatan. Apakah perkuatan itu untuk memperkuat atau mengganti, nanti kita akan lihat. Ada tiga coast guard, dua di utara. Apakah dua ditarik masuk tetap tiga atau memang ditambah. Ada juga saya lihat mereka menyiapkan kapal logistik," lanjut dia.

[video] Bakamla Tambah Kekuatan di Natuna

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD hari ini menyebutkan, Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan instansi terkait masih melakukan pengamanan yang bersifat patroli rutin di perairan Natuna, Kepulauan Riau.

"Sementara ini rutin saja. Jadi, patroli Bakamla juga, lalu di-backing oleh Angkatan Laut, Polair, dan sebagainya. Memang sudah rutin gitu," kata Mahfud MD di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (7/1).

Mahfud mengakui pengamanan memang ditingkatkan seiring dengan adanya dua kapal Republik Rakyat China (RRC) yang diinformasikan masuk ke perairan Natuna.

"Itu saja informasinya, kan kita sudah tahu memang RRT begitu, kita belum tahu di balik itu apa. Akan tetapi, kita tetap akan mempertahankan hak berdaulat kita di wilayah itu," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan menjaga kedaulatan negara dengan secepatnya memindahkan operasi nelayan khususnya dari Pantura Jawa ke perairan Natuna. Menurut Luhut, rencana untuk menempatkan nelayan-nelayan Indonesia, khususnya dari Pantura Jawa ke Natuna sebenarnya telah disampaikan sejak lama.

"Sudah bertahun-tahun kita siapkan itu (nelayan), tapi pangkalan nelayan di Natuna tidak pernah siap. Sekarang kita paksa. Saya sudah bicara dengan Menteri KKP (Edhy Prabowo), itu harus sudah siap tahun ini. Kita pindahkan nelayan kita dari Pantai Utara (Jawa) dan juga dari Sumatera Utara. Mereka harus punya pangkalan yang bagus, dia tinggal di situ," katanya di Jakarta, Selasa.

Luhut tidak menyebut target waktu pemindahan atau relokasi nelayan ke Natuna itu. Tetapi pastinya, secepat mungkin setelah pangkalan nelayan siap digunakan.

"Kapan saja waktu itu jadi. Sudah lama ini diprogramkan, dengan ada sekarang (masalah Natuna), kita percepat lagi. Pak Edhy saya lihat lebih cepat," ujarnya.

Selain tak memiliki pangkalan nelayan, juga tidak terdapat kapal tanker di Natuna. Oleh karena itu, Luhut mengatakan pemerintah akan mendorong terlaksananya aktivitas di perairan itu sesegera mungkin.

photo
Daftar Pelanggaran China di Natuna

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement