Senin 30 Dec 2019 18:47 WIB

Kriminalitas di Jakarta Barat pada 2019 Turun

Kriminalitas di Jakbar turun sebanyak 7 persen tahun ini dibandingkan 2018.

Kriminalitas (ilustrasi)
Foto: Reuters/Jonathan Alcorn
Kriminalitas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminalitas di Jakarta Barat pada 2019 sebanyak 1.743 kasus atau menurun dibanding tahun 2018 dengan 1.870 kasus. "Artinya ada penurunan tujuh persen untuk di Jakarta Barat tahun 2019 ini," kata Kapolres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi di Jakarta, Senin (30/12).

Meski jumlah kasus kejahatan menurun, Hengki menyebutkan, untuk pengungkapan kasus atau crime clearance meningkat dibandingkan tahun lalu, yakni sebanyak sebanyak 18 persen. Hengki Haryadi mencatat, penanganan aksi rusuh 21-22 Mei di Petamburan, Slipi, dan Kemanggisanserta aksi penolakan RUU KUHP pada September, menjadi momen peningkatannya.

Baca Juga

Peningkatan tersebut dari 1.687 kasus tahun 2018 menjadi 1.988 kasus pada tahun 2019. "Peningkatan pada Mei dan September 2019, di mana ada proses hukum di wilayah Jakarta Barat selama aksi rusuh," ujar Hengki.

Sedangkan untuk kejahatan jalanan terkait geng motor yang sadis hingga menghilangkan nyawa, Hengki menyebutkan kasus tersebut ada yang melibatkan pelaku anak dan sebagian besar pelaku di bawah pengaruh penggunaan narkoba. "Analogikan sembilan dari sepuluh 'street crime' di bawah pengaruh narkoba. Maka kita juga komitmen memberantas narkoba karena ini ada kaitan erat dengan kejahatan jalanan," ujar Hengki.

Selain itu, sejumlah kasus kriminal menonjol diungkap diantaranya kasus perjudian berkedok kumpul-kumpul di food court mall, penagih utang bersenjata tajam, penyekapan bos hotel, serta sindikat prostitusi online yang melibatkan pelajar.

Sementara itu, pada kasus narkoba diungkap sebanyak 984 kasus dengan barang bukti sabu 226,96 kg, ekstasi (75.150 butir), ganja (74.473,25 kg), Gol IV (56.028 butir), gorilla 66,66 gram, kokain (14,60 gram),Pentilon(140 gram) dan "happy five" (121.388 butir).

Hengki menyebut jumlah tersangka dalam kasus narkoba berjumlah 1.254 orang dengan perkiraan daya rusak jiwa yang terselamatkan sebanyak 1.779.819 jiwa. Pihaknya mengungkap narkoba dari hulunya sebelum masuk ke wilayah hukum Jakarta Barat.

Dimulai dari ungkap sabu sebanyak 120 kg di Pelabuhan Bakauheni Lampung, 20 kg di Siak Provinsi Riau, temuan sabu 23 kg di bagasi mobil yang terparkir di mall, serta ungkap kasus "public figure" Jerry Aurum Wirianta alis Koh Jerry dengan satu paket ganja seberat 10,04 gram 23 paket tembakau gorila seberat 61,3 gram dan 18 butir ekstasi.

Dalam skala besar, Polres Metro Jakarta Barat membongkar dua pabrik sabu di Cipondoh yang memproduksi 15-20 kilogram sabu per bulan. Di Cibinong memproduksi 500 butir per hari, kemudian satu "home industry" sabu di Kalideres.

Adapun yang melibatkan jaringan internasional yaitu jaringan Amerika-China-Indonesia dengan sabu seberat 28 kg. Kemudian jaringan Myanmar-Thailand-Indonesia dengan barang bukti sabu 30 kg.

Kemudian yang melibatkan institusi pendidikan dan menggegerkan publik adalah pengungkapan ganja di jaringan kampus dengan total 80 kg di sejumlah kampus serta gudang narkotika Gol IV di ruang bekas laboratorium sekolah di Kembangan.

Perjalanan ditutup kemudian dengan pengungkapan peredaran narkoba jelang pergantian tahun, dengan tujuh tersangka serta barang bukti sabu 13 kilogram, ganja 34 kilogram, ekstasi 200 butir, dan Happy Five sebanyak 220 butir.

"Crime total naik karena anggota aktif menanggap kejadian di masyakarat. Kalau kssus narkoba, makin tinggi barang buktinya, makin semangat anggota dan semakin aktif untuk mengungkapnya," kata Hengki.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement