Sabtu 28 Dec 2019 22:13 WIB

Nuriyah Wahid: Pemikiran Gus Dur Masih Hidup di Masyarakat

Nuriyah Wahid menilai pemikiran Gus Dur masih ada dan hidup di masyarakat.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Istri Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gusdur), Sinta Nuriyah Wahid
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Istri Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gusdur), Sinta Nuriyah Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah Wahid mengatakan baginya Gus Dur bukan hanya seorang kiai dan Presiden ke-4 RI, namun juga seorang budayawan, demokrat dan sosok yang humanis serta humoris. Sinta menilai pemikiran Gus Dur masih hidup di masyarakat hingga saat ini.

"Gus Dur adalah seorang politikus, demokrat, humanis dan juga humoris. Satu lagi, Gus Dur adalah seorang budayawan. Terbukti dia pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Itu menunjukkan Gus Dur adalah budayawan," kata dia dalam Haul ke-10 Gus Dur di kediaman Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12).

Baca Juga

Nuriyah melanjutkan, sifat kebudayawanan Gus Dur dibuktikan melalui berbagai ide, pemikiran, dan kehidupan yang konsisten membela tradisi sebagai cermin nilai-nilai kemanusiaan. Bagi Gus Dur, ucap Nuriyah, tradisi dan budaya adalah harkat kemanusiaan.

"Saya yakin pemikiran Gus Dur masih ada, masih hidup bersama kita semua. Perayaan demi perayaan (Haul) dilakukan di beberapa tempat, ini pertanda bahwa masyarakat bisa menerima ide dan pemikiran Gus Dur. Bahkan hingga malam ini yang menjadi malam ke-10. Masyarakat tak hanya bisa menerima, tapi juga saya lihat adanya tekad untuk meneruskan dan merealisasikan gagasan yang telah dirintis Gus Dur," jelasnya.

Lebih lanjut, Nuriyah mengatakan, menjaga kebudayaan maka menjaga kemanusiaan itu sendiri. Gus Dur adalah salah satu figur yang intensif merajut kemanusiaan melalui gerakan budaya sebagai cerminan paham yang diyakininya.

Gus Dur, kata Nuriyah, secara serius merajut serpihan dan retakan kebudayaan agar bisa kembali utuh. Ini dilakukan melalui gagasan pribumisasi Islam dan komitmen mempertahankan berbagai tradisi yang digerus oleh sekelompok orang atas nama agama.

"10 tahun ini gerakan yang memberangus tradisi terus saja berlangsung, dan justru marak dan masif. Penghancuran patung dan pelarangan tradisi dan upacara adat, terjadi di beberapa tempat atas nama agama. Kondisi ini membuat bangsa ini mengalami defisit tradisi," katanya.

"Maka pada Haul ini kami keluarga Gus Dur ingin mengingatkan mengenai pentingnya kebudayaan sebagai upaya menjaga kemanusiaan kita. Tanpa itu manusia tidak lagi menjadi manusia. Haul ini merupakan momentum menjaga rajutan budaya dan agama yang dilakukan para pendahulu termasuk Gus Dur," tutur Nuriyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement