Jumat 13 Dec 2019 23:34 WIB

Menko PMK Ajak Kaum Muda Teladani Pemikiran Buya Syafii

Pemikiran Buya Syafii Maarif merupakan khazanah intelektual yang berharga

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
Foto: Republika/Thoudy Badai
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan menjadi Pemikir yang baik dan unggul seperti Tokoh Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif harus diiringi dengan kemampuan menulis dan keterampilan berbicara yang baik juga. Semua itu dapat diasah dengan mulai membiasakan diri lewat banyak membaca aneka macam literatur serta penguasaan bahasa asing.

Muhadjir mengakui, butuh jalan panjang untuk dapat menjadi seorang Pemikir seperti Buya. "Saya coba memahami pemikiran beliau itu dengan membaca tesisnya lalu berhubungan baik. Dari Buya, saya belajar banyak tentang kemanusiaan, toleransi, keberagaman, keislaman secara utuh, dan sebagainya," ujarnya saat menjadi Pembicara Kunci pada Seminar Pembukaan Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK-ASM) dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (13/12).

Ia menambahkan, anak-anak muda memang sudah seharusnya juga dapat mempelajari semua pemikiran Buya. Menko PMK dalam bahasannya menegaskan bahwa berbagai pemikiran Buya Syafii Maarif merupakan khazanah intelektual yang sangat berharga. Buya punya cita-cita yang besar dan terus-menerus gelisah terhadap krisis yang menerpa bangsanya.

"Karena itu, saya berharap sikap intelektual, kebersahajaan, dan keteladanan yangada pada diri Buya bisa menjadi virus positif bagi segenap Masyarakat di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Sebagaimana ini menjadi salah satu tujuan diselenggarakannya Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif yang tahun ini sudah memasuki periode ketiga," katanya.

Pada kesempatan ini, Menko PMK juga menjajaki kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi semacam ITB Ahmad Dahlan dalam pengembangan pembangunan manusia yang unggul. Sementara SKK-ASM ini di tahun 2019 sudah memasuki penyelengaraan yang ketigakalinya dan tercatat 25 Peserta berhasil lolos setelah menyingkirkan 120 pelamar yaitu mahasiswa yang tengah menempuh studi S1,S2, ataupun doktoral di berbagai kampus di tanah air.

Ke-25 Peserta SKK-ASM Periode III ini tercatat berasal dari Papua, Bima, Ambon, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, dan Madura. SKK-ASM diselenggarakan dengan tujuan untuk merawat pemikiran dan berbagai ide pemikiran Buya Syafii Maarif terutama tentang keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kebhinekaan. SKK-ASM juga jadi ajang kaderisasi intelektual sekaligus melembagakan gagasan dan cita-cita sosial Buya.

Melalui sekolah ini, pihaknya berharap generasi muda Indonesia mendatang dapat mewarisi pemikiran Buya atau setidaknya memiliki perspektif dan sikap intelektual yang relatif sama dalam memotret dinamika, perubahan, dan perkembangan kehidupan keberagaman di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement