Selasa 03 Dec 2019 16:25 WIB

Pergerakan Tanah di Puspahiang, Warga tak Bisa Tidur Nyenyak

Rumah warga di Puspahiang, Tasikmalaya mengalami keretakan akibat pergesaran tanah.

[ilustrasi] Peristiwa pergerakan tanah di salah satu wilayah di Jawa barat.
Foto: dok. BPBD Kab Bandung Barat
[ilustrasi] Peristiwa pergerakan tanah di salah satu wilayah di Jawa barat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P

Sekitar 142 kepala keluarga atau 463 jiwa di Kampung Babakan, Desa Pusparayahu, Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya, mulai khawatir ketika hujan turun. Baru memasuki awal musim hujan, rumah mereka telah mengalami keretakan terdampak pergerakan tanah yang terjadi di tempat itu.

Baca Juga

Camat Puspahiang, Zalkap Drasma mengatakan, pergerakan tanah di wilayahnya itu baru diketahui beberapa hari terakhir. Sebanyak 146 bangunan, yang terdiri dari 142 rumah dan empat bangunan musolah dan masjid terdampak pergerakan tanah tersebut. Beberapa bangunan di antaranya bahkan mengalami keretakan.

"Masyarakat tidak bisa tidur nyenyak kalau ada hujan," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (3/12).

Zalkap menambahkan, pihak kecamatan telah menyiapkan relawan yang siap untuk mengatasi jika ada terjadi bencana. Secara persuasif, ia juga telah meminta tokoh masyarakat dan pemuda untuk lebih siap siaga, dengan melaksanakan ronda dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat lainnya untuk lebih waspada. Apalagi, lanjut dia, saat ini wilayahnya mulai menghadapi musim hujan, artinya potensi bencana longsor menjadi lebih tinggi.

Menurut dia, Kecamatan Puspahiang telah melaporkan kejadian pergerakan tanah itu ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tasikmalaya. Zalkap juga telah melaporkan secara resmi ke Bupati Tasikmalaya untuk segera melakukan penanggulangan.

Zalkap menjelaskan, sampai saat ini belum ada instruksi evakuasi untuk warga yang terdampak pergerakan tanah. "Kami minta segera ditangani. BPBD sudah mengecek. Tapi saya minta diturunkan tenaga ahli dari Badan Geologi, biar kita lebih mengetahui secara keilmuan," kata dia.

Ia mengakui, Kecamatan Puspahiang memang salah satu wilayah yang memiliki potensi bencana longsor yang cukup tinggi di Kabupaten Tasikmalaya. Pada 2006, pergerakan tanah juga pernah terjadi di Desa Pusparahayu, Kecamatan Puspahiang.

Karena itu, ia meminta agar BPBD lebih intens dalam penangannya supaya tidak terjadi longsor dan memakan korban jiwa. "Saya atas nama masyarakat, BPBD lebih konsen lah. Jadi jangan sampai ada kejadian tidak tertangani. Mudah-mudahan dari geologi cepat biar ketahuan jelas secara keilmuan dari tanah dan bebatuan. Target saya jangan ada korban, itu yang utama," kata dia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Anang Luqman mengatakan, pihaknya sudah langsung melakukan pengecekan langsung ke lokasi terdampak pergerakan tanah. Menurut dia, banyak rumah yang mengalami keretakan terdampak pergerakan tanah tersebut.

Anang mengatakan, BPBD juga sedang menyiapkan surat ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk melakukan survei ke lokasi. "Hari ini atau besok baru akan dikirim, belum ada kepastian kapan dari dari geologi akan datang ke lokasi. Mudah-mudahan dalam waktu dekat," kata dia.

Ia menambahkan, BPBD juga telah menginstruksikan Kecamatan Puspahiang untuk melakukan persiapan mitigasi seandainya terjadi longsor. Artinya, pihak kecamatan harus juga sudah mulai mempersiapkan segala kebutuhan jika warga diinstruksikan untuk mengungsi.

Dari situ, pihak kecamatan diminta melaporkan hasilnya ke BPBD untuk dilanjutkan dengan rapat koordinasi bersama dinas terkait untuk menindaklanjuti rencana yang dibuat pemerintah setempat. "Kebetulan desa tersebut sudah termasuk desa tangguh bencana. Jadi secara administrasi punya dokumen perencanaan penanggulangan longsor. Tinggal dilihat, dan dilaksanakan," kata dia.

Anang menambahkan, secara teori, Desa Pusparahayu sebagai Desa Tangguh Bencana siap dalam menghadapi bencana. Namun ketika longsor terjadi, BPBD pasti akan turun membantu untuk penanggulangannya.

Untuk sementara, ia mengimbau warga agar mereka lebih waspada. Ketika hujan deras, lanjut dia, sebaiknya mengungsi dulu ke rumah tetangga atau saudara yang lebih aman. Daripada tinggal di rumah sendiri tapi kondisi rumah sudah retak membuat warga tidak akan tenang.

Anang mengatakan, belum ada instruksi mengungsi untuk warga Kampung Babakan, Desa Pusparahayu. Pasalnya, pergerakan tanahnya sangat kecil, sehingga tidak membuat warga langsung mengungsi. Tapi jika hujan terus terjadi, potensi pergerakan yang lebih besar bisa terjadi.

"Kita harus tunggu survei dari geologi kepastian untuk mengungsi atau bagaimana," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement