REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Curah hujan di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyumas belum seperti yang diharapkan. Meski sejak awal November hujan sudah mulai turun, namun intensitasnya masih sangat rendah.
Kondisi cuaca ini, menyebabkan sebagian besar areal sawah di Banyumas belum memulai musim tanam. "Sampai saat ini, baru sekitar 2.000 hektare sawah yang sudah mulai musim tanam. Masih sangat kecil," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, Widarso, Senin (2/12).
Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pertanian, luas lahan sawah di Kabupaten Banyumas mencapai sekitar 32 ribu hektare. Dengan demikian, luas lahan sawah yang saat ini sudah memulai musim tanam baru mencapai sekitar 6,2 persen.
Lahan yang sudah ditanami, umumnya lahan yang dekat dengan saluran irigasi induk. Sedangkan lahan sawah yang jauh dari saluran irigasi induk, kebanyakan belum dilakukan musim tanam.
Menurut Widarso, masih minimnya curah hujan menyebabkan kebanyakan sawah yang belum memiliki air yang cukup untuk dimulai musim tanam. Lebih dari itu, kebanyakan saluran irigasi tersier juga masih belum mengalirkan air.
Dia berharap, curah hujan akan semakin meningkat pada Desember ini. Dengan demikian, petani bisa segera mengolah tanah sawahnya untuk memulai musim tanam.
"Dengan kondisi seperti sekarang ini, musim tanam dipastikan akan mengalami keterlambatan. Yang seharusnya, musim tanam bisa dimulai November, namun kebanyakan areal sawah sampai sekarang masih belum bisa diolah lahannya," katanya.
Dari pengamatan di sejumlah areal pertanian di Kabupaten Banyumas, sebagian areal sawah di Kabupaten Banyumas belum bisa memulai musim tanam. Di wilayah Kecamatan Rawalo dan Jatilawang yang merupakan sentra penghasil beras, kondisi tanah sawahnya masih kering.
Demikian juga di sebagian areal sawah di wilayah kecamatan lain seperti Kecamatan Patikraja, Ajibarang, Pekuncen, Cilongok dan Karanglewas. Di Kecamatan Patikraja, lahan sawah di sebagian besar desa wilayah tersebut juga belum bisa memulai musim tanam. Hanya areal sawah di sebagian Desa Kedungwuluh dan Notog yang bisa memulai musim tanam, karena mendapat air dari saluran induk dari bendungan Banjaran.
Meski demikian dia mengimbau agar para petani di Banyumas segera melakukan pengolahan tanah dan membuat persemaian untuk mengejar keterlambatan musim tanam. ''Dengan mengolah tanah saat ini, maka saat curah hujan mulai meningkat, petani tinggal menanam benih di sawah,'' katanya.
Kepala Kelompok Teknisi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosika (BMKG) Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, memprakirakan curah hujan memang baru diperkirakan meningkat pada Desember 2019 ini.
Untuk wilayah Banyumas, curah hujan diperkirakan berkisar 301-400 milimeter. Namun untuk wilayah dataran tinggi, bisa mencapai 400 hingga 500 milimeter. Sedangkan untuk Kabupaten Cilacap, curah hujan di sebagian besar wilayah diprakirakan berkisar 301-400 milimeter.
''Namun khusus sebagian wilayah Cilacap bagian barat, curah hujan masih pada kisaran 151-200 milimeter. Sedangkan sebagian wilayah selatan, masuk kategori tinggi dengan kisaran 401-500 milimeter,'' katanya.
Sedangkan untuk sebagian besar wilayah Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara, tingkat curah hujan rata-rata diperkirakan lebih dari 500 milimeter.