REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tirtayasa (Untirta) Banten menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum dengan tema “Literasi Media Digital dalam Menangani Hoaks” di Kampus Pakupatan Untirta, Serang, Banten, Selasa (26/11).
Rahmi Winangsih selaku Ketua Program Studi dalam sambutannya menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bentuk partisipasi aktif Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untirta dalam memerangi hoaks yang masih marak terjadi. Hoaks perlu dicegah salah satunya lewat gerakan literasi.
"Hoaks masih marak, dan itu memprihatinkan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Narasumber kegiatan Dadang Rahmat Hidayat mengutip survei Drone Emprit pada 2017 yang menyebut satu persen masyarakat langsung meneruskan sebuah informasi tanpa memeriksa kebenarannya.
Terlebih jika informasi tersebut adalah informasi yang menghebohkan. Dadang menggambarkan fakta bahwa saluran hoaks yang paling banyak adalah melalui media sosial, sebesar 92,4 persen.
Menurut Dekan Fikom Unpad ini, salah satu cara penanganan hoaks adalah mengajak masyarakat untuk kembali meresapi kembali nilai-nilai Manual Based dalam berkomunikasi.
"Bagaimana kemudian kita mengingat kembali bahwa komunikasi yang sudah terbukti efektif, yaitu komunikasi tatap muka secara langsung.Tidak hanya melakukan komunikasi “Electronic Based”, yaitu berkomunikasi menggunakan media berbasis internet," ujarnya.
Selain kuliah umum, kegiatan ini juga menjadi momentum Prodi Ilmu Komunikasi meluncurkan Banten Dalam Angka Komunikasi #1 (Badak #1). BaDAK#1 merupakan inisiatif Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA dalam berkontribusi kepada masyarakat Banten dengan menyuguhkan hasil riset kuantitatif komunikasi.
Sebagai tahun pembuka, data kuantitatif yang diangkat adalah terkait Literasi Informasi Pelajar SLTA/Sederajat di Provinsi Banten. Bagaimana Pelajar SLTA/Sederajat di Banten memilih sumber, jenis, mengevaluasi dan menggunakan informasi.
Hasil riset menunjukan bahwa pada kategori sumber informasi penambah pengetahuan yang paling banyak dipilih oleh pelajar SLTA/Sederajat di Banten adalah Media Sosial, sebesar 52,2 persen. Sedangkan sekolah sebagai sumber informasi penambah pengetahuan sebesar 23,9 persen.
Kemudian terkait dengan kategori jenis informasi yang tidak dibutuhkan, menurut hasil survey adalah Informasi Politik sebesar 52,2 persen. Sementara terkait dengan evaluasi informasi yang paling banyak dilakukan pun terkait informasi politik sebesar 32,7 persen.
Darwis Sagita delaku penyampai hasil riset BaDAK#1 mewakili tim dosen Ilmu Komunikasi FISIP Untirta mengatakan bahwa selain riset tersebut, sudah dilakukan pendalaman terkait dengan literasi informasi terhadap Pelajar dan Mahasiswa melalui FGD beberapa waktu lalu. Hasilnya menegaskan bahwa sumber informasi utama pelajardan mahasiswa di Banten saat ini adalah media sosial.
Selain itu, Darwis juga berharap hasilriset BaDak#1 yang menyatakan bahwa Pelajar SLTA/Sederajat di Banten merasa tidak butuh akan informasi politik dan merasa pentingnya untuk mengevaluasi informasi politik, sebaiknya ditindaklanjuti oleh para Stake Holder terkait. Mengingat salah satu urgensinya adalah bahwa usia pelajar tingkat SLTA beririsan dengan usia kelompok Pemilih Pemula pada kontestasi Pemilihan Umum misalnya.