Selasa 19 Nov 2019 17:05 WIB

Industri Tahu Tropodo Gunakan Plastik Sebagai Bahan Bakar

Sampah plastik impor sebagai bahan bakar itu mengandung zat beracun seperti dioxin

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Sampah plastik kemasan makanan di antara tumpukan sampah impor
Foto: Willy Kurniawan/Reuters
Sampah plastik kemasan makanan di antara tumpukan sampah impor

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Industri Tahu yang ada di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo ramai diperbincangkan, tidak saja media nasional, tapi juga media internasional. Di sana, terdapat sekitar 30 pabrik tahu yang menggunakan sampah plastik impor sebagai bahan bakar, yang disebut-sebut mengandung zat beracun seperti dioxin.

Sampah plastik yang digunakan sebagai bahan bakar oleh produsen tahu di Tropodo, merupakan sampah plastik impor sisa pilahan dari Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Sampah plastik tersebut diimpor dari beberapa negara seperti Australia, Jerman, Belanda, serta AS. Sampah plastik tersebut merupakan sampah ikutan dari sampah kertas, yang diimpor perusahaan produsen kertas di wilayah dimaksud.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengakui sulit mengambil langkah terkait maraknya produsen tahu yang menggunakan bahan bakar plastik. Dimana terkait izin produksi industri rumah tangga (PIRT) itu merupakan kewenangan pemerintah daerah. Sementara terkait izin impor sampah plastik tersebut, merupakan kewenangan pemerintah pusat.

"Kalau PIRT-nya itu urusan Pemkab, pembinaannya urusan Pemkab, kebijakan soal plastik yang masuk di dalam impor bahan kertas yang diambil dari sampah kertas itu urusan pusat," ujar Khofifah di sela acara pembukaan peringatan Hari Pangan Sedunia, di JX International Convention Exhibition Surabaya, Selasa (19/11).

Namun demikian, lanjut Khofifah, Pemprov Jatim ingin mencoba memediasi bagaimana para pelaku IKM tahu di Tropodo itu, siap-siap mengkonversi bahan bakar yang sementara ini dari sampah plastik. Bahan bakar tersebut, akan didorong untuk dikonversi menggunakan jenis yang lebih aman. Seperti pelet kayu, yang dinilainya lebih aman bagi lingkungan, termasuk tahu yang dihasilkan.

"Salah satu opsinya adalah wood pellet, ini paling memungkinkan dan paling terjangkau menurut itungan Pak Bupati (Sidoarjo)" kata Khofifah.

Khofifah juga memberikan opsi lain, agar bahan bakar yang digunakan produsen tahu di Tropodo lebih aman. Dimana diakuinya, Pemkab Sidoarjo telah menjalin komubikasi dengan Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk memperpanjang pipa Jargas (city gas).

Khofifah juga mengaku, pihaknya akan mendorong agar produsen tahu di Tropodo bisa menggunakan bahan bakar compressed natural gas (CNG). Opsi terakhir adalah mendorong produsen tahu tersebut menggunakan gas LPG sebagai bahan bakar.

Berdasarkan hasil penelitian, selain tahu, sampel telur ayam kampung di Desa Tropodo, Sidoarjo, juga mengandung kadar dioksin tinggi. Sampel penelitian telur ayam kampung itu diambil dari dekat pabrik tahu di Tropodo, Krian, Sidoarjo yang menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar pembuatan tahu.

Hasil studi ini dilakukan oleh jaringan global untuk advokasi kebijakan dan kesehatan lingkungan IPEN, bersama Arnika Association, LSM Indonesia Nexus3, dan Ecoton. Studi itu dimuat dalam laporan “Limbah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement