Selasa 19 Nov 2019 14:53 WIB

86 Desa di Sragen Rawan Bencana Saat Musim Hujan

Sebanyak 21 desa di Sragen berpotensi terdampak lebih dari bencana.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Kondisi Waduk Botok yang mengering di Kedawung, Sragen, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2019)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Kondisi Waduk Botok yang mengering di Kedawung, Sragen, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2019)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Sebanyak 86 desa di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, berpotensi terdampak bencana pada musim hujan pada 2019-2020. Bencana tersebut meliputi banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.

Sebanyak 86 desa tersebut tersebar di 18 kecamatan di Sragen. Bahkan, ada 21 desa yang berpotensi terdampak lebih dari satu bencana. Dari 20 kecamatan di Sragen, hanya Kecamatan Tangen dan Gondang yang tidak tercatat berpotensi bencana pada musim hujan tahun ini.

Baca Juga

Kasi Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sragen, Giyanto, mengatakan, dalam menghadapi musim hujan 2019-2020 dilakukan klaster di BPBD Provinsi Jawa Tengah, kemudian rapat koordinasi BPBD di Solo dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kemudian, BPBD Sragen memberikan surat edaran kepada para camat untuk diteruskan kepada warganya masing-masing terkait menghadapi musim hujan banyak potensi bencana angin kencang, banjir dan tanah longsor.

"Kemudian persiapan kami juga untuk tenaga sudah siap, peralatan juga siap kalau sewaktu-waktu ada informasi datang," kata Giyanto kepada wartawan, Selasa (19/11).

Giyanto merinci, bencana tanah longsor berpotensi terjadi di 10 desa di empat kecamatan yakni Sambirejo, Kalijambe, Plupuh, dan Masaran. Kemudian, potensi angin puting beliung merata terjadi di Kabupaten Sragen. Data yang dihimpun BPBD Sragen, sebanyak 56 desa di 18 kecamatan berpotensi terdampak angin puting beliung.

Sedangkan untuk banjir, terdapat 41 desa di 10 kecamatan yang berpotensi terdampak bencana banjir. Desa-desa tersebut terutama yang berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. "Selain itu, wilayah yang berada di aliran anak sungai Bengawan Solo juga berpotensi banjir, seperti Sungai Garuda, Sungai Grompol, dan lainnya," kata Giyanto.

Sementara itu, ada 21 desa yang berpotensi terdampak lebih dari satu bencana. Lima desa di antaranya berpotensi terdampak banjir dan tanah longsor. Kelimanya yakni Desa Bukuran dan Jetiskarangpung di Kecamatan Kalijambe, serta Desa Kliwonan, Pilang dan Sidodadi di Kecamatan Masaran.

Kemudian, sebanyak 16 desa berpotensi terdampak bencana banjir dan angin puting beliung. Di antaranya, Desa Patihan, Bentak dan Taraman di Kecamatan Sidoarjo; kemudian Desa Jatitengah dan Bendo di Kecamatan Sukodono; selanjutnya Desa Tangkil dan Karangtengah di Kecamatan Sragen; lalu Desa Kecik, Jono, Padas, Gawan, dan Gading di Kecamatan Tanon; kemudian Desa Cemeng dan Karanganyar di Kecamatan Sambungmacan; Desa Gentanbanaran di Kecamatan Plupuh; serta Desa Kebonromo di Kecamatan Ngrampal.

Di sisi lain, meski musim hujan sudah dimulai, tetapi BPBD Sragen masih melakukan droping air bersih. Tahun ini, bencana kekeringan melanda tujuh kecamatan di Sragen. Jumlah dukuh yang terdampak kekeringan lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Tahun ini sebanyak 210 dukuh dilanda kekeringan, sedangkan tahun lalu hanya 146 dukuh.

"Saat ini kami masih mendroping air bersih karena sumber-sumber air belum ada, kemudian air hujan belum merata. Sehingga kami masih mengirimkan bantuan air," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement