Sabtu 16 Nov 2019 00:37 WIB

Profesor Brawijaya Ingatkan Bahaya Defisit Air Ibu Kota Baru

Dengan penghuni 5 juta orang, kebutuhan air di ibu kota baru 10 meter kubik per detik

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Friska Yolanda
Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru di Gedung Widyaloka UB, Kota Malang, Rabu (13/11). Kegiatan ini turut dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Men-PUPR), Basuki Hadimuljono.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru di Gedung Widyaloka UB, Kota Malang, Rabu (13/11). Kegiatan ini turut dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Men-PUPR), Basuki Hadimuljono.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Profesor bidang manajemen dan rekayasa sumber air dari Universitas Brawijaya (UB), Pitojo Tri Juwono mengingatkan potensi defisit air di ibu kota baru, Kalimantan Timur (Kaltim). Hal ini diungkapkan berdasarkan penelitiannya tentang daya dukung air baku di tempat tersebut. 

Pitojo menjelaskan, ketersediaan air baku di Kaltim saat ini disuplai dari beberapa sumber. Sumber air tersebut di antaranya dari Bendungan Manggar (1.200 liter per detik) dan Bendungan Teritip (260 liter per detik). Lalu air baku Loa Kulu (100 liter per detik) dan intake Kalhol (Sungai Mahakam) dengan kapasitas 1.000 liter per detik tetapi belum operasional. 

Baca Juga

"Jadi total ketersediaan air baku existing saat ini sebesar 2,56 meter kubik per detik," ujar Pitojo dalam kegiatan Pengukuhan Profesor UB di Gedung Widyaloka, Kota Malang, Rabu (13/11).

Kaltim berpotensi dihuni hingga 5 juta penduduk pada proses pemindahan ibu kota nanti. Hal ini berarti kebutuhan air di tempat tersebut akan mencapai 10,94 meter kubik per detik. Kaltim berpotensi mengalami defisit kekurangan ketersediaan air sebesar 8,38 meter kubik per detik.

"Ini sebuah nilai debit yang cukup signifikan besar yang harus dipenuhi," tegasnya. 

Menurut Pitojo, masalah defisit sumber air baku dapat dilakukan dengan optimasi peran bendungan yang tersedia. Kemudian membangun bendungan dan infrastruktur air yang baru. Namun sebelum membangun yang baru, pemerintah harus menganalisis kelayakan teknik dan ekonomi. 

"Itu menjadi dasar pertimbangan dengan dukungan data topografi, geologi dan hidrologi serta data demografi yang ada di Kalimantan Timur," tambahnya.

Berdasarkan data di lapangan, terdapat beberapa lokasi yang berpotensi menyediakan air baku. Beberapa di antaranya seperti air baku Embung Aji Raden (150 literper detik) dan intake Loa Kulu (Sungai Mahakam) sekitar 6.200 liter pe detik. Kemudian air baku Bendungan Samboja 200 liter per detik dengan volume tampungan 5 juta meter kubik.

Selanjutnya, ada pula air baku Bendungan Lambakan 5.000 liter per detik dengan volume tampungan 633 juta meter kubik. Lalu air baku Bendungan Sepaku Semoi 1.600 liter per detik. Bendungan ini memiliki volume tampungan sekitar 11 juta meter kubik.

Pemerintah dapat terhindar dari defisit air apabila lima sumber baru benar-benar disiapkan dalam lima tahun ke depan. Berdasarkan optimasi, Kaltim akan memperoleh potensi tambahan ketersediaan air baku sebesar 13,15 meter kubik per detik. Jika dipadukan dengan rekayasa pembangunan infrastruktur air, maka total ketersediaan menjadi 15,71 meter kubik per detik.

Menurut Pitojo, prediksi kebutuhan air untuk 5 juta orang di Kaltim sebesar 10,94 meter kubik per detik. Dengan kata lain, calon ibu kota baru dapat mengalami surplus air sebesar 4,77 meter kubik per detik. 

"Surplus ketersediaan air ini setara dengan alokasi untuk 2,17 juta penduduk," katanya.

Melihat kondisi tersebut, maka pemerintah harus melakukan upaya efisiensi dan optimalisasi sistem. Selain itu, juga melakukan pengendalian jumlah penduduk. Tak lupa juga untuk menemukan lokasi potensi-potensi sumber air baku yang belum teridentifikasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement