Rabu 13 Nov 2019 15:29 WIB

Bom Medan, PGI Minta tidak Termakan Isu di Media Sosial

PGI meminta semua pihak tidak sembrono menuduh kelompok apapun.

Anggota tim forensik polisi memeriksa lokasi serangan bom di Mapolrestabes Medan, Rabu (13/11/ 2019).
Foto: AP/Binsar Bakkara
Anggota tim forensik polisi memeriksa lokasi serangan bom di Mapolrestabes Medan, Rabu (13/11/ 2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyampaikan keprihatinan atas terjadinya bom bunuh diri di Medan, Sumatra Utara. Pihaknya meminta agar masyarakat tetap tenang serta tidak termakan isu yang mungkin beredar di media sosial.

"Kami turut berduka dengan jatuhnya korban dalam peristiwa itu, siapa pun korbannya. Setiap kematian anak bangsa ini adalah dukacita bagi semua. Kami mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak termakan oleh isu-isu yang sering dilontarkan oleh orang atau kelompok yang tidak bertanggung jawab, terutama melalui media sosial," ujar Ketua PGI Pendeta Albertus Patty ketika dihubungi di Jakarta pada Rabu (13/11).

Baca Juga

Selain itu, dia juga meminta masyarakat, aparat keamanan, atau pemerintah tidak sembrono menuduh kelompok apa pun atau dari agama apa pun sebagai pelaku sebelum melakukan investigasi menyeluruh.

PGI meminta, ujar Pendeta Albertus, agar aparat keamanan segera menyelidiki motif-motif di balik peristiwa bom bunuh diri itu, yang belum diketahui sampai saat ini. Menurut dia, kejadian itu bisa saja merupakan aksi individual atau lone wolf baik karena luka batin oleh peristiwa tertentu yang memunculkan kemarahan dan keinginan membalas dendam terhadap orang atau institusi tertentu.

Penyebab lain, ujar dia, bisa juga karena rasa putus asa terhadap tekanan sosial ekonomi. Aksi bom bunuh diri ini terjadi karena tersumbatnya komunikasi si pelaku dengan dunia di luarnya.

Albertus tidak menampik aksi bom bunuh diri ini bisa juga muncul sebagai alat politik kelompok tertentu untuk menciptakan polarisasi dalam kehidupan bangsa yang majemuk etnik dan agama. Dia menegaskan juga tidak bisa menafikan bahwa aksi ini bisa dipicu akibat efek dari radikalisme agama yang sedang marak di seluruh dunia dan efeknya telah menciptakan perpecahan dan anarkisme brutal di berbagai negara.

Apa pun alasannya, yang masih belum diketahui, persatuan dan kesatuan Indonesia harus tetap dijaga untuk mempertahankan Indonesia. "Inilah saatnya para pemimpin agama memperkuat dialog dan kerja sama meredam radikalisme serta ikut menenangkan suasana bangsa," kata dia.

Sebelumnya telah terjadi bom bunuh diri di Polrestabes Medan pukul 08.45 WIB pada Rabu yang dilakukan diduga seorang menggunakan atribut ojek daring dan meledak di sekitar kantin. Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, bom yang meledak di Polrestabes Medan menyebabkan enam orang korban luka-luka yang terdiri dari lima personel polisi dan satu warga sipil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement