Selasa 12 Nov 2019 00:20 WIB

Disebut Banyak Kader ke Gelora, PKS Mengaku tak Khawatir

PKS mengaku akan tetap solid dan fokus lanjutkan sistem kaderisasi partai.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyebut, PKS tak merasa khawatir dengan banyaknya kader yang berpindah ke Partai Gelora. Ia mengklaim, PKS tetap solid dan akan fokus melanjutkan sistem kaderisasi partai.

"Kami pada posisi tidak khawatir dengan apa yang dilakukan pihak lain, fokus kami, bagaimana membangun sistem kaderisasi partai yang solid ,itu sudah terbukti," kata Mardani saat ditemui di Kompleks Parlemen RI, Senayan, Jakarta, Senin (11/11).

Baca Juga

Mardani mengatakan, PKS sudah siap menghadapi segala ancaman perpecahan. Terkait adanya kader yang berpindah partai, ia pun mengaku tak masalah.

Menurut legislator di Komisi II DPR RI ini, dalam negara demokrasi, maka perpindahan politikus adalah hal yang wajar. Ia menegaskan, PKS akan tetap fokus menjaga soliditas antarkader tanpa mengurusi internal partai lain

"Karena ini negara demokratis, semua bebas. Kalau buat PKS ini sesuatu yang niscaya, dan kita fokus pada bagaimana membangun partai yang cukup solid dan nanti mampu mengerjakan tugasnya," ujar dia menegaskan.

Sebelumnya penggagas Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah membenarkan ada banyak kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pindah haluan ke partainya. Hal itu, klaim Fahri, lantaran banyak yang merasa tidak puas dengan perlakuan pengurus PKS.

"Teman-teman yang memahami bahwa di tempat yang lama itu mereka mengalami stagnasi ya, karena kebuntuan pikiran ya kan," kata Fahri saat ditemui di acara konsolidasi nasional Partai Gelora Indonesia, Kemang, Jakarta, Sabtu (9/11) lalu.

Fahri menuding, sejumlah kader PKS justru dimusuhi ketika menemui dirinya, maupun Anies Matta. "Ketemu saya dimarahin, ketemu Pak Anis (Matta) dimarahin, nanya nggak boleh, dimarahin juga. Ya, habis gimana kalau orang sudah kayak gitu kan dibuntuin namanya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement