Ahad 10 Nov 2019 23:37 WIB

Eks Ketum Nasdem Blak-blakan Soal Manuver Surya Paloh

Eks Ketum Nasdem bicara sikap dan pernyataan Surya Paloh terkait politik saat ini

Pendiri Partai Nasdem Patrice Rio Capella memberikan keterangan pers terkait masalah terkini Partai Nasdem di Jakarta, Ahad (10/11).
Foto: Republika/Prayogi
Pendiri Partai Nasdem Patrice Rio Capella memberikan keterangan pers terkait masalah terkini Partai Nasdem di Jakarta, Ahad (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Nawir Arsyad Akbar

Baca Juga

JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, menilai Partai Nasdem telah melenceng dari semangat pendiriannya. Ia menjelaskan Nasdem awalnya mengusung salam perubahan restorasi. Namun sekarang Nasdem dia nilai seperti restoran politik di mana hanya memperjuangkan kepentingan politik ketimbang kepentingan rakyat.

"Bukan untuk memperjuangkan kepentingan partai, tapi hanya demi keuntungan elite tertentu, kelompok tertentu di internal Partai Nasdem," ujar Patrice di Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (10/11).

Ia mengaku terkejut dengan manuver Nasdem yang langsung menggelar pertemuan dengan partai di luar pemerintahan. Padahal, saat ini mereka masih berada dalam koalisi pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Manuver itu jelas melanggar norma dan etika berpolitik yang tidak mencerminkan adab ketimuran tentang sopan santun," ujar Patrice.

Nasdem saat ini dinilai sebagai perusahaan yang menguntungkan sejumlah elite politik di dalamnya. Hal itu dilihat Patrice dari kekecewaan partai tersebut yang tak mendapatkan kursi Jaksa Agung.

Padahal, penentuan kursi kabinet adalah hak prerogatif dari Presiden Jokowi di mana sudah seharusnya hal itu tak dapat diintervensi oleh pihak manapun. "Partai Nasdem seharusnya sadar, pembentukan kabinet adalah hak prerogatif Presiden dan tidak bisa diatur siapapun. Dan menurut saya Presiden sudah tepat menunjuk Jaksa Agung sekarang karena bukan kader partai politik," ujar Patrice.

Terkejut Pernyataan Surya Paloh

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyindir partai yang merasa paling pancasilais tetapi enggan merangkul dan tak mau bersalaman dengan teman sendiri. Patrice mengaku terkejut mendengar pernyataan Surya Paloh tersebut.

Jika pernyataan Surya merupakan balasan terhadap sindiran Presiden Joko Widodo, kata Patrice, itu bukan merupakan hal yang tepat. Sebab, sudah sewajarnya jika Jokowi menanyakan hal tersebut kepada partai yang berada dalam koalisinya.

"Padahal, yang mengomentari pelukan Bang Surya dan Pak Sohibul adalah Presiden Jokowi. Apakah Bang Surya menuduh Presiden Jokowi tidak Pancasilais," ujar Patrice di Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (10/11).

Dengan adanya saling sindir antara elite politik, wajar jika masyarakat curiga adanya ketidaksolidan antara partai-partai pendukung Jokowi. Apalagi, Nasdem disebutnya kecewa karena tak memperoleh kursi Jaksa Agung.

"Jangan salahkan publik yang berspekulasi bahwa manuver NasDem berkaitan dengan kebijakan Presiden memilih Jaksa Agung menggunakan hak prerogatifnya," ujar Patrice.

Jika Nasdem memang kecewa soal kursi kabinet dan menyindir soal partai pancasilais, ia menilai wajar jika Jokowi jengah terhadap manuver yang sedang dilakukan.

Sebelumnya, Surya Paloh menyindir partai yang merasa paling pancasilais. Tetapi partai itu enggan merangkul dan tak mau bersalaman dengan teman sendiri.

Paloh awalnya mengungkit rasa sinis yang menyerang Nasdem lantaran melakukan pertemuan dengan Presiden PKS Sohibul Iman. Paloh mengatakan, rasa sinis dan penuh curiga tersebut jauh dari nilai Pancasila.

Pertanyakan Nasdem Undang Anies Baswedan

Partai Nasdem mengundang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam acara Kongres II. Patrice Rio Capella mempertanyakan hal yang dilakukan oleh mantan partainya tersebut.

Menurut dia, Anies bukan merupakan pendiri Partai Nasdem. Tetapi, ia hanya terlibat dalam berdirinya organisasi masyarakat Nasional Demokrat.

"Jika alasannya karena agenda internal tapi kenapa Anies Baswedan diundang dan diberi porsi bicara? Ingat, Anies hanya terlibat dalam pendirian Ormas Nasdem," ujar Patrice.

Patrice tak dapat menerima alasan diundangnya Anies karena tuan rumah penyelenggaraan Kongres II. Tetapi, Nasdem tak mengundang Presiden Joko Widodo dalam acara tingkat nasional tersebut.

"Janggal rasanya jika pembukaan Kongres Partai Nasdem pada 8 November 2019 tidak dihadiri Presiden Joko Widodo," ujar Patrice.

Meski begitu, ia tetap mengucapkan selamat atas terselenggaranya Kongres II Partai Nasdem. Patrice meminta maaf kepada jajaran DPP Nasdem karena ia tak dapat menghadiri acara tersebut.

Kongres II Partai NasDem tidak mengundang Presiden Joko Widodo. Nasdem justru meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membuka acara.

Panitia Pelaksana Kongres ke-2 Partai NasDem, Charles Meikyansah, menjelaskan alasan partainya tak mengundang Jokowi karena kongres kali ini berbeda. Kongres kali ini berdekatan dengan ulang tahun partai Nasdem yang ke-8.

Kongres digelar pada 8-10 November sedangkan ulang tahun NasDem pada 11 November. Maka dari itu, panitia mengatur jadwal agar tidak berbenturan dengan jadwal presiden karena tidak mungkin dua momen sekaligus dibuka oleh presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement