REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Sumatera Selatan mencatat sudah 255.904 hektare lahan terbakar akibat kebakaran hutan dan lahan sejak Januari hingga 20 Oktober 2019. Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori, mengatakan dari total lahan yang terbakar tersebut, sebanyak 135.622 hektare atau 53 persen berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
"Terbanyak kedua di Kabupaten Banyuasin yakni 46.717 hektare atau 18,26 persen dan terbanyak ketiga Kabupaten Musi Banyuasin yakni 41.355 hektare atau 16,16 persen," kata Ansori, Senin (4/11).
BPBD Sumsel mencatat, dari 255.904 hektare lahan yang terbakar, sebanyak 161.476 hektare atau 63,10 persennya merupakan lahan gambut dan sisanya atau 94.428 hektare tergolong lahan nongambut. Upaya pemadaman masih terus diupayakan karena titik panas (hotspot) masih terpantau di beberapa wilayah, setidaknya delapan helikopter pembom air disiapkan untuk memadamkan api pada hari ini.
Sementara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengingatkan adanya potensi asap seiring penurunan intensitas hujan di wilayah Sumsel beberapa hari ke depan, terutama di daerah sumber karhutla.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, mengatakan bahwa secara regional adanya pusat tekanan rendah dan Badai Tropis Hatlong di Laut Cina Selatan membuat massa udara dingin dari Australia (Muson Australia) jadi menguat, sehingga lapisan udara atas kembali kering dan berangin kencang yang akan menghambat pertumbuhan awan hujan di wilayah Sumsel.
"Kami memprediksi pada 6-8 November 2019 hujan akan minim, sehingga berpotensi peningkatan asap," tambah Beny.
Namun kondisi tersebut bersifat sementara atau fluktuatif, kata dia, karena secara meteorologi kondisi posisi matahari dan angin masih berada di musim peralihan.