REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno melihat ada tiga hal yang bisa dibaca dari pertemuan Partai Nasdem dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPP PKS kemarin, Rabu (30/10).
Menurut Adi, pertemuan keduanya bisa ditafsirkan sebagai bentuk sindiran halus ke partai politik oposisi yang telah dan akan merapat ke pemerintah. "Padahal dulunya berseberangan ekstrem," kata Adi kepada Republika.co.id, Kamis (31/10).
Kedua, Nasdem ingin berterima kasih kepada PKS yang telah konsisten memilih menjadi oposisi. Ketiga, ia melihat ada upaya dari Nasdem membuka komunikasi politik dengan PKS yang selama ini relatif berbeda pilihan politiknya.
"Tentu ini langkah baik mensolidkan suasana bahwa dalam politik tak bisa hitam putih, kerjasama yang utama," ujarnya.
Ia juga menambahkan, sejak awal gejala ketidakharmonisan di koalisi jokowi di periode kedua kali ini sudah terlihat. Bahkan gejolak insoliditas tersebut terlihat vulgar.
Ia beranggapan berat membangun soliditas koalisi jika sejak awal pembentukan kabinet kisruh dan chemestry antarkoalisi belum menyatu. "Bulan madu koalisi jokowi sepertinya sedang diuji," ungkapnya.