REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berupaya untuk mengajak partisipasi masyarakat dalam mencegah dampak perubahan iklim serta mencegah pencemaran lingkungan. Salah satu caranya dengan membentuk kampung iklim. Pemkot Solo telah mengembangkan kampung iklim sejak 2014. Saat ini, sudah ada tujuh kampung iklim di Kota Bengawan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Solo, Sri Wardhani Purbawidjaja, mengatakan, kampung iklim ini sebagai salah satu upaya untuk mencegah pencemaran lingkungan. Kampung iklim menjadi kampung yang hijau dengan tanaman.
"Jadi kampung tidak sekadar kampung tapi di dalamnya dikembangkan wisata edukasi, seperti di kampung sayur edukasi bagaimana menanam sayur yang baik dan benar. Jadi warga bisa belajar bagaimana mengembangkan kampung tidak hanya sebagai tempat tinggal tapi juga edukasi," kata Wardhani kepada wartawan di sela-sela acara Gerakan Menanam Cabai di Pekarangan Kita Sendiri (Gencarkan) di kampung Ngemplak Sutan RW 37, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Ahad (27/10).
Kampung Ngemplak Sutan merupakan satu dari tujuh kampung iklim di Kota Solo. Program kampung iklim lebih pada penghijauan lingkungan. Ngemplak Sutan dikenal sebagai kampung sayur organik. Warga setempat memanfaatkan pekarangan untuk menanam berbagai macam sayuran. Sayuran tersebut minimal dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri.
Enam kampung iklim lainnya yakni di Kadipiro RW 11 dan RW 23 Kecamatan Banjarsari, Kestalan RW 06 Kecamatan Banjarsari, Joyontakan RW 05 Kecamatan Serengan, Karangasem RW 09 Kecamatan Laweyan, serta Jebres RW 29 Kecamatan Jebres.
Wardhani menyatakan, kampung iklim akan terus dikembangkan di setiap kelurahan di Solo. Hal itu juga sesuai dengan Surat Edaran Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengenai pembentukan kampung iklim.
Di kampung iklim setidaknya terdapat vegetasi ruang terbuka hijau, komposter, pemilah sampah, bank sampah, serta kegiatan berwawasan lingkungan yang menunjang perekonomian warga setempat.
"Harapannya lebih banyak lagi yang menjadi kampung iklim, syukur kalau semua menjadi kampung iklim, sehingga Solo lebih hijau. Nanti mungkin kalau di kampung-kampung lain modelnya vertikal, tanaman buah di dalam pot," imbuhnya.