Kamis 17 Oct 2019 23:53 WIB

BPPT Siapkan Teknologi Kebencanaan untuk Ibu Kota Baru

Ada banyak sektor yang dapat disentuh oleh inovasi dan teknologi yang dimiliki BPPT.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza saat di wawancarai Republika, Selasa (5/3).
Foto: Republika/Prayogi
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza saat di wawancarai Republika, Selasa (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) siap mendukung  pembangunan ibu kota baru di Kalimantan. Rencananya jika sudah sampai awal tahun 2024, pemilik rumah tak pernah Hal itu disampaikan Kepala BPPT Hammam Riza usai hadir dalam pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Bambang Brodjonegoro, di kantor Kementerian PPN Jakarta, (17/10).

Diketahui, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara yang berada di provinsi Kalimantan Timur sudah diumumkan sebagai ibu kota baru Indonesia. "Pada forum rapat Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara tersebut, BPPT ditunjuk menjadi tim koordinasi strategis yang fokus kepada perencanaan wilayah, tata ruang dan pertanahan," kata Hammam di Kantor BPPT, Jakarta, Kamis, (17/10).

Baca Juga

Hamman juga menyebut BPPT akan maksimal mendukung rencana pembangunan ibu kota baru ini. "Kami akan kerahkan tidak hanya kepada satu bidang saja, tapi juga banyak sektor yang dapat disentuh oleh inovasi dan teknologi yang dimiliki BPPT," ujarnya.

BPPT juga akan memberikan kontribusi untuk membantu di bidang lingkungan hidup dan kebencanaan. Sebab saat ini pun BPPT sedang mengembangkan teknologi Early Warning System. "Jadi kami memberi rekomendasi juga agar di ibu kota baru ini dapat memanfaatkan teknologi dalam setiap aspek kebencanaan, baik dari sisi mitigasi, saat bencana, hingga pasca bencana seperti evakuasi, dan lain-lain", ujar Hammam.

Hammam juga mengatakan, BPPT akan berkontribusi mendorong penerapan teknologi masa depan yang tepat, untuk diimplementasikan di ibu kota baru. Misalnya teknologi pengelolaan sampah, air, energi, IT dan transportasi.

"Bagaimana clustering terhadap industri-industri baru seperti kendaraan listrik, dan membangun sebuah daerah dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan, diharapkan tidak terjadi kerusakan terhadap hutan lindung," ucap Hammam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement