Sabtu 12 Oct 2019 08:41 WIB

Kematian Akbar Alamsyah, Polri Harus Transparan

Akbar Alamsyah tidak berniat untuk ikut berdemonstrasi.

Ibu Akbar Alamsyah, Rosminah (kiri) menangis saat prosesi pemakaman korban demo ricuh Akbar Alamsyah di Taman Pemakaman Umum (TPU) kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Ibu Akbar Alamsyah, Rosminah (kiri) menangis saat prosesi pemakaman korban demo ricuh Akbar Alamsyah di Taman Pemakaman Umum (TPU) kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban demo pelajar Akbar Alamsyah meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto pada Kamis (10/10). Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta Polri melakukan penyelidikan secara serius dan harus transparan terhadap kasus meninggalnya Akbar.

Ketua Komnas HAM, Taufan Damanik, mengatakan, Komnas HAM telah membentuk tim untuk semua kasus demonstrasi mahasiswa, baik yang ada di Jakarta maupun di daerah lain. Tim dipimpin Wakil Ketua Komnas HAM Bidang Internal, Hairansyah. Tim tersebut akan bekerja hingga Desember 2019 sekaligus mengantisipasi kemungkinan kembali terjadinya peristiwa serupa.

Baca Juga

“Tim untuk semua kasus demo mahasiswa di Jakarta dan daerah lain. Yang ke Kendari dan Makassar belum kembali dari lapangan,” kata Taufan kepada Republika, Jumat (11/10).

Demo pelajar di DPR RI yang berakhir ricuh pada Rabu (25/9) menyebabkan banyak korban berjatuhan. Salah satu yang menjadi korban dalam demo pelajar tersebut adalah Akbar Alamsyah yang kemudian dirawat intensif di Cardiac Intensive Care Unit (CICU) RSPAD Gatot Subroto.

Akbar diketahui mengalami retak pada tempurung kepala dan sempat menjalani operasi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Keberadaan Akbar sempat tak diketahui keluarga pascademo pelajar tanggal 25 September 2019 dan baru diketahui pada 28 September 2019 dalam kondisi koma di rumah sakit.

Pihak keluarga memastikan, Akbar tidak berniat untuk ikut berdemonstrasi, tapi hanya ingin tahu demonstrasi di sekitar gedung DPR pada Rabu (25/9) yang berakhir ricuh itu. “Keterangan temennya mereka sengaja pergi mau lihat demo katanya di Slipi,” kata Andre (38 tahun), sepupu dari Akbar saat ditemui seusai pemakaman Akbar di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Wakaf belakang Seskoal, Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Andre mengatakan, Akbar pergi bertiga bersama teman-temannya Rabu (25/9) malam. Mereka berangkat dari rumah temannya yang bernama Fajar di wilayah Kebon Mangga, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Ketiganya pergi menggunakan satu motor, yakni motor milik Akbar. Mereka memarkir kendaraan sebelum Palmerah. “Mereka parkir di pinggir jalan, waktu kejadian suasana sudah ramai. Akbar ikut lari posisi di belakang temannya,” kata Andre.

Menurut Andre, kejadian tersebut berlangsung malam hari. Saat kericuhan terjadi Akbar dan temannya lari menghindari massa. Namun, posisi Akbar waktu itu terpisah dengan kedua temannya.

“Temannya yang selamat ini cerita waktu lari itu, dilihat ke belakang pertama kali Akbar masih tampak lari di belakangnya. Kedua kalinya dilihat sudah hilang, terpisah mereka karena saling menyelamatkan diri masing-masing,” kata Andre.

photo
Ribuan mahasiswa kembali berdemonstrasi di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9).

Kepergian Akbar untuk menonton demo juga dibenarkan oleh Irawan (25), calon kakak iparnya. Cerita itu dia peroleh dari dua teman Akbar yang berhasil menyelamatkan diri saat kericuhan terjadi.

Akbar, kata dia, diketahui berada di lokasi kericuhan dari unggahan di Instagramnya @akbaralamasyah. “Iya dia sempat posting status juga ada di lokasi demo,” kata Irawan.

Kakak kandung Akbar, Fitri Ramayani, mengatakan, pada 25 September 2019, Akbar sudah diingatkan untuk tidak keluar rumah karena situasi tidak aman. “Waktu mama yang WA ngasih tahu jangan keluar rumah karena lagi ada demonstrasi, tapi pesan WA cuma di-read (dibaca), tidak dibalas,” kata Fitri.

Fitri mengatakan, pihak keluarga tahu Akbar berada di lokasi kericuhan dari dua temannya yang pulang selamat. Kedua temannya sudah mencari Akbar ke sejumlah tempat hingga Kamis (26/9) dini hari. Mereka telah mendatangi lokasi yang mungkin Akbar ada.

Bahkan, keduanya sempat pulang dan menanyakan kepada pihak keluarga apakah Akbar sudah berada di rumah. “Dari temannya itu kami tahu Akbar ada di lokasi, mama saya sampai menangis histeris,” kata Fitri.

Sejak hilang 26 September, pihak keluarga mencoba mencari tahu keberadaan Akbar dengan mendatangi sejumlah rumah sakit dan kantor polisi. Nama Akbar tertulis di daftar registrasi di Kantor Polres Jakarta Barat pada Jumat (27/9). Tidak lama setelah itu pihak keluarga juga mendapatkan informasi dari grup aplikasi perpesanan yang mengirim potongan gambar plang nama Jalan Kebon Mangga.

Pesan berbunyi bahwa korban belum ada keluarga yang menjenguk. Korban disebutkan tanpa identitas bernama Akbar Alamsyah dengan alamat Kebon Mangga. Saat itu, Akbar dirawat di Rumah Sakit Pelni, Petamburan. “Dari situ kita curiga kok ciri-cirinya mirip dengan Alam (Akbar),” kata Fitri. n ronggo astungkoro/antara ed: mas alamil huda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement