Kamis 10 Oct 2019 11:24 WIB

18 Warga Garut Pulang Setelah Dua Pekan Mengungsi di Wamena

mereka sudah mengungsi selama dua pekan sejak terjadinya kerusuhan di Wamena.

Sejumlah pengungsi mengangkat barang bawaannya ketika tiba dengan menumpang pesawat Hercules TNI AU di Bandar Udara Wamena, Papua, Rabu (9/10/2018).
Foto: Antara/HO/Achmad Sugito
Sejumlah pengungsi mengangkat barang bawaannya ketika tiba dengan menumpang pesawat Hercules TNI AU di Bandar Udara Wamena, Papua, Rabu (9/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebanyak 18 orang asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, terpaksa pulang kampung dengan bantuan dari pemerintah. Mereka hampir dua pekan mengungsi di Wamena, Papua, karena adanya kerusuhan di daerah itu. "Mereka sekarang sudah pulang ke Garut," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman kepada wartawan di Garut, Kamis (10/10).

Ia menuturkan, warga Garut yang tercatat dipulangkan dari Wamena, Papua itu sebanyak 18 orang, mereka sudah mengungsi selama dua pekan sejak terjadinya kerusuhan di daerah itu. Selama mengungsi, kata dia, tentu membuat keluarga mereka yang tinggal di Kabupaten Garut merasa khawatir sehingga mengharapkan pulang ke Garut untuk berkumpul bersama keluarga. "Semoga keluarga yang di Garut ini tidak khawatir lagi," katanya.

Baca Juga

Warga Garut bersama warga Jawa Barat lainnya mendapatkan bantuan pemulangan dari pemerintah ke kampung halamannya. Mereka tiba di Jakarta, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kota Bandung, Rabu (9/10) malam. Selanjutnya pulang ke daerah asalnya masing-masing.

Khusus warga Garut dijemput oleh perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Garut, kemudian tiba di Pendopo Garut untuk istirahat dan menjalani pemeriksaan kesehatan, Rabu sekitar pukul 23.00 WIB. Seorang warga Garut yang dipulangkan dari Wamena, Ade Toto (60) mengaku senang bisa kembali ke Garut yang sebelumnya cukup lelah setelah dua pekan tinggal di pengungsian.

"Sekarang sudah pulang, bisa kumpul dengan keluarga," kata Ade Toto warga Desa Cintadamai, Kecamatan Sukaresmi itu.

Ia mengungkapkan, sejak tahun 2000 merantau ke Papua sebagai pedagang wallpaper dinding bersama sejumlah orang Garut lainnya. Ade mengaku, warga Papua sangat baik terhadap pendatang. Namun karena adanya oknum akhirnya pendatang menjadi sasaran dalam aksi kerusuhan tersebut. "Nanti mau jualan lagi, tapi sementara sekarang mau istirahat dulu di rumah," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement