REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi mengalami empat kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Senin (30/9) mulai pukul 00:00-24:00 WIB. Selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat empat kali gempa hybrid atau fase banyak.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Selasa (1/10), menyatakan, Gunung Merapi juga tercatat mengalami satu kali gempa tektonik, dua kali gempa vulkanik dangkal, dan satu kali gempa vulkanik dalam. Gunung Merapi, berdasarkan pengamatan visual pada periode itu, tampak mengeluarkan asap solfatara berwarna putih berintensitas tebal dengan ketinggian 50 meter di atas puncak.
Pada periode pengamatan sejak Senin (30/9) pukul 00:00 WIB hingga Selasa (1/10) pukul 06:00 WIB, BPPTKG tidak mencatat adanya guguran lava yang keluar dari Gunung Merapi.
Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada. BPPTKG sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai meletusnya Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG, atau melalui media sosial BPPTKG.