BOGOR, AYOBANDUNG.COM -- Dalam memperingati Tahun Baru 1441 Hijriah, Paguyuban Pecinta Wayang Purwa (P2WP) Kota Bogor menggelar pagelaran Wayang Kulit di gedung Kemuning Gading, Kota Bogor.
Terlihat para pecinta wayang kulit yang datang dari berbagai penjuru di Kota Bogor memadati Gedung Kemuning Gading. Mulai dari tua, muda, laki-laki, perempuan antusias menyaksikan kesenian tradisional yang mengambil lakon "Semar Boyong" dengan dalang Ki Rasito Lebdo Carito dari Cilacap, Jawa Tengah.
Ketua Panitia Gunarto mengatakan, acara pagelaran wayang kulit ini dilaksanakan P2WP Kota Bogor dalam rangka peringatan tahun baru 1441 Hijriah sekaligus peringatan Hari Jadi RRI pada 11 September lalu.
"Pagelaran wayang kulit ini dipilih karena untuk melestarikan budaya Jawa dan mengembangkan budaya lokal," katanya, Minggu (22/9/2019)
Menurutnya, wayang kulit ini dalam sejarahnya memiliki cerita sebagai media penyebaran agama Islam di Indonesia oleh para wali. Bahkan, pagelaran wayang kulit ini mengandung filosofi memberikan petunjuk hidup, seperti tolong menolong dan sebagainya.
Ketua P2WP Kota Bogor, Basuki menuturkan, acara ini sebagai bentuk pelestarian budaya. Di usianya yang ke 34 tahun pihaknya ingin terus melestarikannya agar tidak hilang atau punah ditelan zaman.
Sekda Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat mengatakan, cerita tentang wayang kulit tidak hanya sekedar tontonan hiburan semata, tetapi ada tiga hal yang bisa dimaknai.
Pertama, manfaatnya mengandung edukasi. Jadi bisa menjadi tuntunan, sikap toleransi yang bisa dipetik dari sebuah cerita wayang kulit yang akan disampaikan dalang.
Kedua, sebagai sarana informasi. Kota Bogor ingin 5 tahun kedepan menjadi kota ramah keluarga, dengan 4 misinya, yaitu menjadikan Kota sehat, cerdas dan sejahtera. "Acara ini bisa dijadikan sarana informasi mengenai program Pemkot Bogor ke depan," katanya.
Ketiga adalah aspek kehidupan dan sosial. Karena ini bukan untuk pribadi saja, tetapi untuk banyak orang yang memberikan rujukan untuk bisa bermanfaat.
"Mudah-mudahan lewat acara ini kita bisa meniti, mendengar dan menjadi rujukan untuk para pamong sebagai pelayan masyarakat dan pelaksana kebijakan," ujarnya.