Kamis 19 Sep 2019 19:48 WIB

Belum Sempat Diberi Nama, Bayi di Riau Meninggal Akibat Asap

"Dokter bilang anak saya terdampak virus akibat kabut asap," ujar Evan.

Evan Zendarto (kanan) dan Lasmayani (kiri) menangis saat melihat anak pertamanya yang meninggal di Jalan Lintas Timur, Kulim, Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Evan Zendarto (kanan) dan Lasmayani (kiri) menangis saat melihat anak pertamanya yang meninggal di Jalan Lintas Timur, Kulim, Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Seorang bayi dari pasangan suami-istri, Evan Zendrato dan Lasmayani Zega meninggal dunia diduga akibat paparan kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kota Pekanbaru, Riau. Lahir dalam keadaan normal dan sehat, bayi berusia tiga hari meninggal sebelum diberi nama.

Evan, bapak kandung bayi, di Pekanbaru, Kamis, mengatakan almarhum anak pertamanya itu belum sempat diberi nama karena sudah terlanjur meninggal pada Rabu malam (18/9). Bayi seberat 2,8 kilogram itu berusia tiga hari, sempat menderita batuk, demam tinggi hingga 41 derajat Celcius hingga pilek sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Baca Juga

"Dokter bilang anak saya terdampak virus akibat kabut asap," ujar Evan.

Dia mengemukakan bayi laki-lakinya itu meninggal saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Syafira, Pekanbaru. Meski telah meninggal di tengah perjalanan, bayi itu sempat diperiksa oleh dokter sesampainya di rumah sakit swasta besar tersebut.

"Anak dan istri saya normal waktu lahiran kemarin. Keduanya dinyatakan sehat oleh bidan," ujarnya.

Setelah lahir, keesokan harinya buah hati dan istrinya dibawa pulang ke rumah. Masalah mulai muncul ketika kabut asap pekat melanda Kota Pekanbaru hingga ke level berbahaya.

Saat di rumah, dia mengatakan anaknya mulai batuk dan demam panas hingga mencapai 40 derajat celcius pada Selasa malam (17/9). Evan juga mengaku dirinya tidak bisa tidur pada malam itu karena anaknya terus merengek menangis sementara asap semakin pekat. Kondisi rumah keluarga tersebut berupa rumah kayu tanpa ada alat pendingin udara (AC).

Keesokan paginya, Evan menghubungi bidan untuk menangani bayinya. Dia mengemukakan bidan sempat memberikan obat penurun panas serta kompres. Upaya itu membuahkan hasil. Demam anaknya kembali turun.

Akan tetapi, kondisi bayinya kembali memburuk pada sehari setelahnya, kondisi bayi sempat terlihat bibirnya menghitam serta demam panas. Bahkan, saat diukur suhu tubuh anaknya mencapai 41 derajat celsius.

Selain itu, anaknya juga batuk dan pilek. Dia pun kembali memanggil bidan untuk memberikan penanganan medis.

Setelah diperiksa, bidan pun meminta agar bayi tersebut dirujuk ke rumah sakit Syafira, yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman. Jarak rumah korban ke rumah sakit sekitar 40 menit lamanya. Saat di perjalanan itulah bayi korban meninggal dunia. Meski telah meninggal, Ervan tetap membawa bayinya ke rumah sakit.

"Kami terus berjalan sampai RS Syafira ditangani dokter sana. Sekitar lima menit, ujungnya tak bisa diselamatkan. Pengakuan rumah sakit akibat virus kabut asap ini," ujarnya.

Kini, suasana duka menyelimuti kediaman korban. Anak semata wayangnya yang ditunggu meninggal dunia, yang bahkan belum sempat diberikan nama. Jenazah rencananya akan dimakamkan pada hari ini di TPU Binjai, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Maisel Fidayesi yang datang ke lokasi menjelaskan dari informasi bidan, bayi tersebut lahir dalam keadaan normal. Hingga sehari setelah lahir, bayi tersebut mengalami demam tinggi saat dibawa pulang ke rumah.

Namun, pada hari ketiga, orang tua bayi itu meminta bidan untuk datang dikarenakan kondisinya kembali demam dan kemudian dibawa ke rumah sakit. Akan tetapi, bayi tersebut diduga telah meninggal dunia dalam perjalanan.

Maisel menambahkan, saat ini pihaknya masih meminta rekam medis dari rumah sakit untuk mengetahui apakah benar dugaan meninggalnya bayi tersebut akibat terpapar kabut asap.

Menurut Plt Kadis Kesehatan kota Pekanbaru M Amin, bayi itu bukan meninggal karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). “Namun, bisa diduga akibat penyumbatan saluran napas," kata M Amin, dalam siaran pers kemarin.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru juga mengamini kronologi sakit yang diderita sang bayi hingga bidan didatangkan. Namun, menurut pihak Dinkes Kota Pekanbaru, bayi tersebut belum mendapat air susu ibu (ASI) sejak hari pertama kelahiran dan baru disusui pada hari kedua dan ketiga. Menurut Amin, selama bayi disusui tidak disendawakan karena belum pandai cara menyendawakan bayi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement