Senin 16 Sep 2019 17:19 WIB

Ular dan Satwa Lain Berserakan di Lokasi Karhutla Kalteng

Bangkai ular paling banyak ditemukan petugas di lokasi Karhutla, Kalteng

Red: Nur Aini
Sebuah sepeda motor menembus kabut asap ketika terjadi kebakaran lahan gambut di sekitar Pulang Pisau, Kalteng, Selasa (27/10).
Foto: Antara/Saptono
Sebuah sepeda motor menembus kabut asap ketika terjadi kebakaran lahan gambut di sekitar Pulang Pisau, Kalteng, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng) tidak hanya menimbulkan asap pekat yang mengganggu kesehatan manusia, tetapi juga menyebabkan banyak satwa yang mati terbakar hidup-hidup.

"Banyak bangkai hewan yang ditemukan petugas saat memadamkan kebakaran lahan, di antaranya ular, tupai, dan lainnya. Yang banyak itu bangkai ular berbagai jenis," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kotawaringin Timur Rihel di Sampit, Senin (16/9).

Baca Juga

Kebakaran lahan masih terjadi di Kotawaringin Timur. Petugas cukup kewalahan karena kebakaran terjadi sporadis di banyak titik meski pemadaman terus dilakukan melalui darat dan udara.

Kebakaran lahan tersebut juga menjadi bencana bagi satwa liar yang selama ini menghuni lahan telantar dan hutan. Ular paling banyak mati lantaran gerakan satwa ini cukup lambat dibanding binatang lainnya sehingga tidak sempat menyelamatkan diri dari kepungan kebakaran lahan.

Petugas mengumpulkan bangkai-bangkai hewan yang ditemukan di lokasi kebakaran lahan. Selanjutnya, bangkai-bangkai tersebut dikuburkan di lokasi sekitar yang dinilai aman dari kebakaran lahan.

Menurut Rihel, kebakaran lahan dan asap yang terjadi saat ini sudah cukup parah. Sebarannya yang sporadis juga berdampak terhadap habitat satwa liar hingga akhirnya banyak yang ikut terbakar.

"Kondisi seperti ini, jangankan hewan, kita manusia saja juga kewalahan. Bahkan beberapa kali warga di sekitar lokasi kebakaran kami minta keluar dari rumah karena kebakaran lahan cukup dekat dari rumah mereka. Untungnya kemudian kebakaran lahan itu berhasil dipadamkan," kata Rihel.

Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Pos Sampit, Muriansyah mengatakan kebakaran lahan memang turut berdampak terhadap satwa liar. Habitat satwa menjadi rusak sehingga banyak yang menyelamatkan diri dari kebakaran lahan dan mencari makan ke kebun-kebun warga.

"Kebakaran lahan itu membuat satwa tidak ada pilihan. Akhirnya mereka kabur ke kebun warga yang relatif aman dan kebakaran lahan dan masih tersedia tumbuhan yang bisa menjadi makanan mereka," kata Muriansyah.

Seperti pada Ahad (1/9) dan Senin (2/9) lalu, BKSDA melakukan rescue atau penyelamatan tiga orangutan (pongo pygmaeus) di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara. Lokasinya sama, yakni sekitar kebun sawit milik warga bernama Tri yang sebelumnya melaporkan kejadian itu.

Pada Ahad dini hari itu, tim BKSDA mengevakuasi seekor orangutan dengan berat 90 kilogram. Perlu dua jam bagi petugas untuk melumpuhkan dan mengevakuasi orangutan jantan berusia 25 tahun tersebut.

Siang harinya, petugas kembali menerima laporan dari Tri bahwa ada orangutan lainnya yang terlihat di sekitar kebun karet dan sawitnya. Kali ini satwa dilindungi itu berjumlah dua ekor yang merupakan induk dan bayinya. Induk orangutan itu berusia 15 tahun, sedangkan bayi orangutan berusia enam bulan.

Penyelamatan dilakukan oleh tim BKSDA pada Senin (2/9), setelah mereka membawa orangutan seberat 90 kilogram yang dievakuasi sehari sebelumnya ke kantor SKW II BKSDA di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement