Jumat 13 Sep 2019 17:06 WIB

Kabut Asap Riau Semakin Parah, ASN Berharap Diliburkan

ASN Riau berharap aktivitas pemerintahan segera diliburkan.

Rep: Febryan A/ Red: Esthi Maharani
Pengendara kendaraan bermotor menembus kabut asap pekat dampak dari kebekaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Pengendara kendaraan bermotor menembus kabut asap pekat dampak dari kebekaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau sudah masuk level berbahaya pada hari ini, Jumat (13/9). Sejumlah Aparatur Sipil Negara di Kota Pekanbaru berharap aktivitas pemerintahan segera diliburkan.

Ahmad Ridhoan (36 tahun), pegawai di Kementerian Keuangan kantor Pekanbaru, megatakan, ketebalan kabut asap semakin parah sejak Senin (9/9) dan terus meningkat hingga hari ini yang sudah di level berbahaya. Kesehatan masyarakat pun semakin parah.

Ridhoan menuturkan, dampak kabut asap itu membuat dada sesak, tenggorokan sakit, dan mata perih ketika keluar rumah. Jarak pandang berkendara juga sudah sangat dekat. Lebih parahnya, asap juga sudah masuk ke kantor Ridhoan meski semua ruangan menggunakan mesin pendingin udara.

"Sekolah dari SD-SMA sudah diliburkan sejak hari Senin. Hari ini sejumlah kampus juga sudah menghentikan aktivitas perkuliahan," kata Ridoan ketika dihubungi Republika dari Jakarta, Jumat (13/9).

Ia pun berharap agar aktivitas pemerintahan ikut diliburkan. Sehingga, ia bisa membawa dua orang anaknya beserta istri keluar dari Provinsi Riau untuk menuju kampung halamannya di Sumatera Utara.

"Sebagian teman yang bukan ASN sudah banyak keluar dari Riau. Karena anak mereka sudah diliburkan, mereka sekalian mengungsi ke kampungnya di Sumatera Barat ataupun Sumatera Utara," ujar Ridhoan.

Harapan sama juga diutarakan Laras Dwi Oktari (25) yang bekerja di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) kantor Pekanbaru. Ia beharap pemerintah segera memutuskan bahwa Provinsi Riau saat ini sudah darurat asap dan semua aktivitas pemerintahan diliburkan sementara waktu.

"Tenggorokan udah sakit banget karena asap ini. Saya mau mengungsi dulu sementara ke kampung di Padang, Sumatera Barat," ucap Yayas.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada Jumat pagi pukul 06.00 WIB terpantau ada 1.319 titik panas (hotspot) yang jadi indikasi awal karhutla di Pulau Sumatra. Titik panas paling banyak di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel), yakni 537 titik, kemudian Jambi 440 titik, dan Riau sendiri ada 239 titik panas.

Khusus di Riau, titik panas paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ada 127 titik, Indragiri Hulu (Inhu) 31 titik, Pelalawan 30 titik, Rokan Hilir (Rohil) 18 titik, Kuansing dan Kampar masing-masing 11 titik, Bengkalis 7 titik, Siak 3 titik dan Kota Dumai ada satu titik.

Dari jumlah tersebut ada 177 yang dipastikan titik api. Lokasi paling banyak di Inhil dengan 98 titik. Di Inhu ada 20 titik, Pelalawan 21 titik, Rohil 13 titik, Kuansing 9 titik, Kampar 8 titik, Bengkalis 6 titik, dan Siak dua titik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement