REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Buya Syafii Ma'arif mengatakan pemerintah harus melakukan pendekatan psikoantropologi untuk menghadapi persoalan di Papua. Selama ini pemerintah dipandang belum menggunakan pendekatan yang tepat untuk Papua.
"Ini yang kurang dilakukan pemerintah selama ini terhadap Papua," kata dia saat peresmian gedung Pesantren Modern Terpadu Prof Hamka di Padang, Selasa (3/9).
Menurut dia pendekatan psikoantropologi itu adalah pemerintah harus memahami betul bagaimana masyarakat Papua itu. Mulai dari bagaimana orangnya, tipe orangnya, kemudian asal usulnya, pendidikannya dan lainnya.
Ia menilai selain pendekatan sosial ekonomi yang telah dilakukan, pendekatan psikoantropologi ini juga harus dilakukan. "Bagaimanapun kondisinya kita harus menyelamatkan Papua," kata dia.
Selain itu, dia mengajak pemerintah maupun masyarakat Papua untuk meningkatkan kearifan nasional. Pemerintah juga harus paham bahwa Papua ini bergabung dengan Indonesia bukan sejak 1945 namun belakangan sehingga harus ada berbagai pendekatan yang dilakukan
Terkait ada dugaan pihak yang menunggangi aksi di Papua, ia menilai itu sebuah kewajaran, namun yang terpenting bangsa ini harus kuat dari dalam. "Ada yang menunggangi kerusuhan itu hal biasa, mereka berusaha mengobok-obok dan selama kita kuat dan belum lumpuh tentu itu dapat diselesaikan," katanya.
Selain itu wacana referendum yang dimunculkan, ia mengatakan referendum yang diinginkan oleh pihak tersebut. "Hal ini tentu tergantung kesepakatan antara Jakarta dengan Papua namun yang jelas kita harus selamatkan mereka," katanya.