REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Aktivitas jual beli di Pasar Induk Regional Youtefa, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua, sepi karena tidak ada pembeli ataupun pasokan hasil bumi dari sentra produksi seperti Koya dan Arso, Kabupaten Keerom. Pantauan di lapangan, Jumat (30/8) siang, pasar terbesar di tanah Papua itu sepi dari pembeli ataupun penjual.
Terminal angkutan kota dan pedesaan yang masih dalam kompleks pasar juga sepi dari warga dan kendaraan roda empat. Di gapura pintu masuk Pasar Youtefa yang biasa diakses dari Jalan Baru, juga tidak nampak para penjual buah pinang yang biasanya ramai menjajakannya diatas motor.
Begitu juga, angkutan pedesaan yang biasanya parkir di luar pasar setelah pagi dini hari membawa hasil bumi dari Koya dan Arso, tidak nampak antriannya.
Sementara di lapak-lapak, seperti lapak pakaian bekas, lapak ikan segar, lapak sayur dan lapak kelontong juga nampak sepi. Hanya terlihat satu atau dua orang penjual yang mencoba peruntungan untuk berjualan, sehari pascademo anarkis.
"Ini juga mau jualan tapi takut ada demo lagi," kata Mama Ria, penjual kelontong.
Senada itu, Amir penjual ikan segar mengaku memilih tidak berjualan karena pembeli tidak ada. "Bagaimana mau jualan kalau pembelinya tidak ada," katanya sambil berlalu.
Sejak, Kamis pagi hingga Jumat siang, aktivitas di pasar yang biasanya langganan banjir di musim hujan itu sepi pembeli, bahkan hari ini nampak lumpuh dari aktivitas.