Jumat 30 Aug 2019 07:32 WIB

Perekonomian Jakarta Diprediksi Terus Berkembang

INDEF menilai kapasitas Jakarta sebagai pusat bisnis tidak akan berkurang.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Pindah Ibu Kota ke Kalimantan.
Foto: republika
Pindah Ibu Kota ke Kalimantan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, menyebut, perekonomian Jakarta tidak akan terdampak banyak setelah terjadinya pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur (Kaltim). Bahkan, ia memperkirakan perekonomian Jakarta akan semakin berkembang.

"Buat Jakarta justru bagus, karena kapasitas Jakarta sebagai pusat bisnis tidak berkurang sama sekali. Sedangkan bebannya (jumlah penduduk) berkurang," kata Enny, Kamis (29/8).

Baca Juga

Badan Kepegawaian Nasional (BKN) memang sudah menyebut bahwa akan ada sekitar 200 ribu orang ASN yang ikut pindah menuju Kaltim nantinya. Angka itu belum termasuk anggota keluarga dari setiap ASN yang akan ikut diboyong menuju pulau Borneo itu.

Selain berkurangnya jumlah penduduk, lanjut Enny, hal lain yang akan membuat perekonomian Jakarta terus berkembang adalah infrastruktur yang sudah memadai. Ia mencontohkan, seperti telah terbangun jaringan transportasi publik yang terintegrasi.

"Pasokan listrik untuk kebutuhan bisnis juga sudah terjamin," ucapnya.

Enny menambahkan, faktor lain yang akan membuat Jakarta terus berkembang adalah jaringan bisnis yang telah terbangun selama puluhan tahun. "Jakarta itu sudah memiliki jaringan bisnis yang sudah jadi," ungkap Enny.

Jokowi sendiri, saat pengumaman pemindahan ibu kota di Istana, Senin (26/8), menyebut bahwa Jakarta, akan tetap berperan sebagai pusat bisnis, keuangan, perdangangan, dan jasa skala regional maupun global.

Untuk itu, ujar Jokowi, pemerintah pusat dan pemerintah provinsi akan melakukan urban regeneration atau penataan kota secara berkelanjutan dengan anggaran sebesar Rp 571 triliun. Angka ini bahkan lebih besar ketimbang kebutuhan pembangunan ibu kota baru yang hanya menyentuh angka Rp 466 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement