Jumat 23 Aug 2019 15:31 WIB

Mahasiswa Papua Minta Polisi yang Beri Miras Dicopot

Polisi dianggap telah merendakan para mahasiswa Papua.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Teguh Firmansyah
Puluhan mahasiwa Papua yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua dan Solidaritas Peduli Kemanusiaan melakukan aksi damai, di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (22/8).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Puluhan mahasiwa Papua yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua dan Solidaritas Peduli Kemanusiaan melakukan aksi damai, di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mahasiswa Papua di Kota Bandung tersinggung dengan ulah oknum kepolisian yang mengirim minuman beralkohol ke Asrama Mahasiswa Papua di Cilaki, Kota Bandung, kemarin. Para mahasiswa merasa dilecehkan dengan ulah polisi tersebut.

Juru Bicara Mahasiswa Papua Kota Bandung Tamelek Kosay mengatakan, pihaknya tidak terima karena merasa dianggap sebagai pemabuk dengan pengiriman dua kardus minol tersebut. Ia pun menuntut oknum polisi itu dicopot dari jabatannya.

Baca Juga

“Karena tindakan ini sangat tidak manusiawi buat kami, menganggap kami orang Papua peminum. Maka segera harus dicabut ibu (polisi) dari jabatannya,” kata Tamelek kepada wartawan ditemui di Asrama Papua di Cilaki, Kota Bandung, Jumat (23/8).

Ia mengatakan, polisi sudah merendahkan para mahasiswa Papua. Apalagi di tengah isu rasisme Papua yang masih hangat saat ini. Padahal saat aksi, kata dia, mahasiswa hanya ingin menyampaikan aspirasinya atas kejadian beberapa waktu lalu di Surabaya, Malang, juga Makasar.

Mahasiswa menuntut dicopotnya oknum polisi tersebut dari jabatannya karena dinilai tidak mengayomi sebagai aparat keamanan. Tuntutan ini akan disampaikan kepada Polrestabes Bandung dan Polda Jabar.  “Kalau tidak dicopot kami mahasiswa akan kumpul dan akan tuntut terus di Polrestabes dan Polda,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kronologi kejadian bermula saat ikatan mahasiswa Papua dan solidaritas peduli kemanusiaan menggelar aksi di Gedung Sate. Sebagian besar mauasiswa turun ke jalan menyuarakan aspirasi sementara beberapa orang tinggal di asrama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Pada siang harinya, tutur dia, ada seorang Polwan berinisial C dan satu polisi laki-laki datang ke asrama. Keduanya membawa dua kardus minol untuk diminum para mahasiswa.

“Ada salah satu (mahasiswa) yang menerima dan melihat barang-barang itu. Maka dari itu setelah terima dan ibu ini mengatakan 'jangan kasih tahu siapa-siapa dan minum ini setelah adik-adik pulang aksi buat minum sebelum tidur',” tuturnya.

Kemudian, lanjut dia, minol tersebut dibawa ke tempat aksi di depan Gedung Sate. Di lokasi, Polwan berinisial C tersebut juga ada di lokasi dan langsung dikembalikan oleh para mahasiswa karena dianggap menghina mahasiswa Papua.

“Setidaknya ibu sebagai keamanan aparat negara harusnya mengayomi kami tapi ibu buat kami begini, kami sebagai mahasiswa tidak terima,” kata dia.

Ia menambahkan tidak pernah mengetahui minuman yang diberikan. Hanya di botolnya tertulis mengandung alkohol 19 persen. Kejadian seperti ini dikatakannya sebagai yang pertama kali di mana aparat memberikan minuman beralkohol kepada mahasiswa Papua.

Ia menegaskan minum minol bukan budaya mahasiswa Papua. Karenanya pihaknya sangat tersinggung dengan kejadian tersebut dan meminta hukuman bagi polisi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement